Kepingan Kebudayaan: Tadiya dan Puwayo dalam Budaya Gorontalo
Aksara sedemikian penting bagi sebuah bangsa karena setiap garis yang membentuk huruf merepresentasikan emosi masyarakat, pandangan dunia, pengetahuan, tradisi, seni, dan lain-lain.
Aksara sedemikian penting bagi sebuah bangsa karena setiap garis yang membentuk huruf merepresentasikan emosi masyarakat, pandangan dunia, pengetahuan, tradisi, seni, dan lain-lain.
Masyarakat Etnis Samawa menyebutnya krealang, kain songket khas Samawa yang dibuat secara tradisional oleh kaum perempuan.
Repertoar 20 lagu dalam konser Sirkus Barock dikemas secara teatrikal. Tata panggung berlatar kayon (gunungan wayang) menjadi perwujudan jagad pakeliran dengan pesan damai sebagai lakonnya.
Pangkur dikaitkan dengan makna undur diri di mana fase manusia mengalami perjalanan spiritual dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Menariknya, terdapat beberapa makna yang menggambarkan spiritualitas dan kemanusian Suku Makassar dalam setiap unsur perayaan maudu’ lompoa.
Opera Batak klasik juga menjadi bentuk perlawanan masyarakat Batak terhadap penjajahan Belanda sekaligus sebagai sarana persatuan masyarakat.
Masyarakat cenderung meyakini pohon besar sebagai tempat angker.
Sunan Gunungjati dan para pengikutnya menyulih tradisi pembelajaran agama Islam yang semula terasa monoton menjadi sebuah laku artistik dengan menggunakan kesenian gembyung sebagai media syiar.
Melalui kumandang sendaren, kultur pertanian yang mereka tekuni tetap bertahan.
Tanah perdikan masih dipertahankan dan lazim terdengar hingga kini sebagai istilah kultural bagi desa yang pernah mendapatkan status demikian, bukan status administratif desa yang memiliki hak-hak istimewa.