
Ritual Melukat dalam Persinggungan Sekala dan Niskala
Air mendapat perhatian serius tatkala sisi paling tak terjamah darinya mulai diperbincangkan.
Air mendapat perhatian serius tatkala sisi paling tak terjamah darinya mulai diperbincangkan.
Karya Kinanthie Sandoong memang terdengar problematis. Di satu sisi ia memunculkan satu wacana pembelaan bagi tradisi gamelan bahwa: bergamelan bukan sekadar bermusik namun juga “berilmu pengetahuan”.
Lakon-lakon “Samudra Mantana Tirta Amerta” masyhur di kalangan pecinta wayang. Lakon ini diadaptasi dari kitab Adi Parwa-Mahabaratha yang mengisahkan perebutan tirta amerta oleh asura dan para dewa.
Dentuman tagonggong dan lengkingan sasambo merefleksikan imaji masyarakat Sangihe akan keadaan harmoni tanah dan lautnya.
Bilangan ganjil adalah realitas kultural kaum peladang yang menitikberatkan fokus pada terbentuknya simbol-simbol paradoks dunia tengah, sebagaimana yang tercitrakan dalam arsitektur, ornamen, dan tradisi selamatan rumah panjae.
Kesenian Singo Ulung seperti layaknya pertunjukan barongsai, menggunakan medium topeng besar berbentuk hewan (singa) yang menutupi seluruh tubuh pemainnya.
Meskipun tidak ditetapkan secara sengaja, sebuah pertunjukan sahibul hikayat pada umumnya memiliki struktur yang formulaik. Meliputi mukadimah, sembe tuan tamu, angkat hikayat, beber pituah, turun ngaso, gancang hikayat, dan penutupan.
Seakan menolak surut, pada rentang tahun 1960an, ketika gandrung masyarakat terhadap wayang mulai memudar, Kosasih mengubah haluan dengan membuat alterasi mitologi dan kisah klasik seperti Mundinglaya Dikusumah dan Ganesha Bangun.
Ngayah bukan hanya tentang kehidupan masyarakat Bali yang tradisional, tetapi juga lekat dengan kehidupan modern. Kewajiban ngayah secara formal terikat pada tanah adat dan desa adat (desa pakraman).
Patung itu diberi nama Sigale-Gale. Berdasarkan versi itulah kiranya tarian Sigale-Gale mewakili dua jenis kelamin pada manusia. Patung laki-laki bernama Si Manggale dan perempuan bernama Nai Manggale.