Budaya Banyumas dan Seni Bertahan di Tengah Industri
Tak apa mengikuti arus, asalkan tak hilang kendali. Sebab ada hal-hal yang terus berubah dan tak dapat ditentang. Tetapi untuk bertahan di tengah industri, tentu ada seninya sendiri.
Seputar senjata dan benda tradisional
Tak apa mengikuti arus, asalkan tak hilang kendali. Sebab ada hal-hal yang terus berubah dan tak dapat ditentang. Tetapi untuk bertahan di tengah industri, tentu ada seninya sendiri.
Pada benda-benda itu seakan terbentang simulakra, garis imajiner yang menghubungkan orang Iban dengan teladan hidup nenek moyang mereka.
Di Jawa, arah mata angin ibarat denyut nadi yang ada di dalam tubuh masyarakatnya. Ia tidak tertepikan. Menemani masyarakat Jawa dalam melakoni kehidupannya.
Seperti lokasi candi-candi lain yang ada di Nusantara, gunung diyakini sebagai tempat suci bagi orang-orang Nusantara zaman dahulu sebagai wujud pengakuan terhadap kekuatan yang lebih besar.
Dalam pewayangan Jawa, sosok Rajamala merupakan sosok yang "pilih tanding". Ia dikisahkan sangat sakti dan mampu menangkal sifat-sifat negatif.
Dijunjung sebagai indung, dipuja selayaknya batari. Dayang Sumbi, Nyai Pohaci, dan Sunan Ambu dalam peran-peran adiluhungnya dipandang sebagai sosok yang telah mencapai kesempurnaan sejati.
Istilah candi tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, tetapi juga istana, pemandian, atau fungsi-fungsi lainnya.
Kendati telah bersalin rupa, catur gatra yang digagas oleh pendiri Mataram Islam, Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama, tetap menjadi bagian penting dalam tata ruang alun-alun Bandung.
Lakon-lakon “Samudra Mantana Tirta Amerta” masyhur di kalangan pecinta wayang. Lakon ini diadaptasi dari kitab Adi Parwa-Mahabaratha yang mengisahkan perebutan tirta amerta oleh asura dan para dewa.
Umumnya, kain tapis memiliki motif yang menyuguhkan tema kehidupan dan lingkungan, sehingga lebih sering dijumpai motif flora dan fauna.