Tirta Amerta di Kaki Arjuna
Mata air ajaib itu bersebelahan dengan sebuah candi bercorak Buddha, yakni Sumberawan, di suatu desa di kaki gunung.
Mata air ajaib itu bersebelahan dengan sebuah candi bercorak Buddha, yakni Sumberawan, di suatu desa di kaki gunung.
Bagi Suku Baduy, sampah bukan lagi persoalan. Mereka mengembalikannya pada kesadaran diri sebagai bagian dari alam.
Andung, sebagai nyanyian ratapan dari tanah Batak kini telah mengalami pergeseran dari fungsinya semula.
Mencermati interaksi simbolik antara sinden dan bajidor, cakrawala kita akan terbatas jika memaknai saweran sebatas transaksi atau menyoroti penampilan sinden hanya dari perspektif erotisme.
Alat musik tiup serune memiliki karakter suara yang tinggi, sehingga pada saat mendengarnya, timbul perasaan senang dan gembira selepas menjalani rutinitas yang menjemukan.
Selepas dirias, anak yang menjalani tradisi tetesan diajak memasuki sebuah kamar untuk disunat oleh seorang Bong Wedok atau juru sunat perempuan. Penyunatan untuk anak perempuan ini dilakukan dengan menggunakan kunyit.
Air mendapat perhatian serius tatkala sisi paling tak terjamah darinya mulai diperbincangkan.
Karya Kinanthie Sandoong memang terdengar problematis. Di satu sisi ia memunculkan satu wacana pembelaan bagi tradisi gamelan bahwa: bergamelan bukan sekadar bermusik namun juga “berilmu pengetahuan”.
Lakon-lakon “Samudra Mantana Tirta Amerta” masyhur di kalangan pecinta wayang. Lakon ini diadaptasi dari kitab Adi Parwa-Mahabaratha yang mengisahkan perebutan tirta amerta oleh asura dan para dewa.
Dentuman tagonggong dan lengkingan sasambo merefleksikan imaji masyarakat Sangihe akan keadaan harmoni tanah dan lautnya.