Etnis.id - Sapi bagi petani Madura adalah hewan ternak yang berharga. Dari membajak sawah atau ladang hingga kotorannya digunakan sebagai pupuk. Sapi Madura memiliki postur lebih kecil dari sapi lainnya.

Minimnya lowongan pekerjaan bagi masyarakat Madura terutama bagi orang yang tidak memiliki kemampuan apa pun di salah satu bidang, membuat mereka harus bersahabat dengan alam.

Makanya mayoritas masyarakat Madura menjadi petani dan nelayan, sementara mereka yang tak memiliki sawah atau ladang, kemungkinan akan bekerja di rantau. Meski begitu, bukan berarti Madura menjadi daerah tertinggal.

Menurut Mohammad Kosim, Rektor IAIN Madura, penggunaan sapi dalam proses bercocok tanam adalah sebuah ide dari seorang figur Kyai Akhmad Baidawi yang melihat tidak efektifnya proses pengolahan tanah dengan tenaga manusia. Akhirnya disarankanlah sapi untuk membajak.

Selain membajak, sapi ternak juga diikut lombakan dalam kontes bernama sape sono’. Ialah kontes kecantikan untuk para sapi betina. Isi kontes ini yakni dua sapi betina dipasangkan dan dipakaikan pangonong (bagian depan kleles yang terbuat dari kayu, berfungsi menyatukan kedua sapi).

Sapi itu didandani secantik mungkin dengan diberi kalung, anting dan juga mahkota yang akan membuat para sapi menjadi cantik. Persis seperti kontes kecantikan manusia pada umumnya.

Asal Mula Kontes Sape Sono’

Sejarah munculnya Sape sono’ berawal dari kegemaran para petani daerah Pamekasan yang setiap sore memandikan sapinya di pinggir kali atau sungai. Kemudian mengikatkan sapi pada tonggak kayu di kanan-kiri sapi dan dijejerkan rapi dengan sapi lainnya, sehingga sapi kelihatan soghek (berwibawa).

Perlakuan setiap sore kepada sapi ini membuat para petani iseng dengan melakukan kontes pemilihan sapi terbaik yang meliputi kecantikan, kemulusan dan keanggunan sapi saat itu.

Lama-kelamaan, kontes kecil-kecilan ini berkembang semakin membesar dari tigkat desa, kecamatan, hingga kabupaten. Darinya, sapi yang ikut serta dalam kontes sape sono’ disebut sapi sonok.

Sebelum kontes sape sono', sapi yang akan dilombakan dilatih terlebih dahulu, seperti bagaimana sapi berjalan dengan anggun dan juga langkah berjalannya diusahakan selaras dengan pasangannya.

Pelatihan ini bertujuan agar sapi menunjukkan performa yang bagus dan tak melakukan kesalahan pada waktu kontes. Pelatihan ini akan rutin dilakukan selama beberapa hari atau beberapa pekan sebelum kontes diadakan.

Dalam beberapa hal, ada kesamaan antara sapi sonok dengan sapi kerap yakni, sapi ini sama-sama memiliki harga jual yang selangit. Apalagi sapi yang pernah menjuarai kontes, bisa memiliki harga jual yang besar, hingga sampai ratusan juta rupiah tergantung kualitas sapi itu sendiri.

Perawatan Sapi Sonok

Perlakuan spesial setiap hari kepada sapi didasarkan atas kecintaan masyarakat Madura terhadap sapi-sapi ternak mereka. Sebelumnya sudah dijelasi soal kontes sape sono', selain sebagai ajang kecantikan, juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengangkat nilai harga jual sapi.

Bagaimana meningkatkan harganya? Pertama, kalau sapi peliharaan petani itu memenangkan kontes. Untuk memenangkan kontes, sapi harus memiliki postur badan yang bagus, pasangan yang serasi dan riasan sebagai pembantu.

Perawatan sapi sonok berbeda dengan sapi-sapi biasa lainnya. Contoh kecil, pakannya tidak sembarang. Harus rumput khusus yang diberi vitamin. Takutnya jika sembarangan, badan sapi bisa rusak dan kebal pada pelbagai penyakit.

Sapi sonok juga tidak akan kerja keras bergerilya dari 3-4 sawah selama hampir enam jam, seperti sapi bajak yang biasanya. Sapi sonok hanya duduk manis di kandangnya sembari dirawat dan disayang-sayang bak anak dari pemiliknya.

Dalam kontes sape sono’, tak ada perlakuan seperti karapan sapi yang dicambuk dengan paku oleh joki (penunggang sapi) agar berlari dengan kencang. Pada sape sono’, sapi diperlakukan dengan baik. Tak ada penyiksaan. Andai seluruh binatang bisa dirawat seperti ini tanpa ada kepentingan khusus di baliknya.

Andai...

Editor: Almaliki