Candi Miri Gambar yang terletak di Desa Miri Gambar, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu daerah di Indonesia yang berasal dari temuan sejarah panjang dari zaman paleotik sekitar 40.000 tahun lalu, berdasarkan penelitian sejarah oleh Nainunis Aulia Izza.

Menurut situsbudaya.id, Candi Miri Gambar yang terletak di Desa Miri Gambar ditemukan pertama kali oleh Rejosari pada tahun 1870. Pada saat membuka lahan, ia menemukan tumpukan batu bata yang tertutup tanah dan diselimuti oleh reruntuhan. Setelah dibersihkan, ternyata reruntuhan itu adalah sebuah bangunan candi berbentuk persegi empat dengan undakan tangga menghadap ke sebelah timur. Sisi barat digunakan sebagai jalan menuju candi dan bagian-bagiannya sudah tidak utuh.

Salah satu patung dari sisi tangga candi/ Muhammad RIzal

Di sebelah kanan dan kiri tangga terdapat dua patung penjaga dan relief yang mengambarkan suatu peristiwa. Di bagian sekitar candi, di sisi selatan terdapat pemukiman warga. Sedangkan di sisi utara terdapat sebuah lapangan sepak bola serta akses jalan desa dari timur ke barat, begitupun sebaliknya.

Candi Miri Gambar dilihat dari sisi barat/ Muhammad Rizal

Menurut Angga Yulian Saputra dalam tugas akhirnya, Perancangan Buku Visual Situs Bersejarah Peninggalan Hindu-Buddha di Tulugagung, terdapat relief unik bercorak udang yang tidak dimiliki oleh candi-candi lainnya di Indonesia. Bagian atasnya sudah tidak ada lagi, sehingga tinggal bagian tubuh candi tersebut. Kemungkinan rentang waktu pembangunan candi ini memakan waktu 96 tahun, dari tahun 1214 Saka (1292 Masehi) sampai dengan 1310 Saka (1388 Masehi) atau kemungkinan dibangun pada zaman Raja Kertanegara (Kerajaan Singosari) hingga zaman Hayam Wuruk (Kerajaan Majapahit).

Salah satu meja batu yang menunjukkan angka tahun/ Muhammad Rizal 

Wildan Zuhry menjelaskan dalam ulasannya, Studi Tentang Candi Miri Gambar di Tulungagung, pada dasarnya adalah bangunan kuno yang memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan dan makam dengan segala aspek arsitektur dan struktur candi itu sendiri.

Biasanya, candi pun identik dengan suatu kisah dalam sebuah kerajaan, latar belakang pembangunan ataupun penceritaan tokoh-tokoh tertentu berdasarkan perkembangan di zamannya. Hal ini pula berdasarkan sumber di sebuah laman online yang menjelaskan bahwa candi ini sering disebut dengan sebutan lain yaitu, Candi Angling Dharma. Pasalnya, terdapat pahatan relief berkisah tentang Angling Dharma menurut eastjava.com/tourism.

Papan informasi lokasi Candi Miri Gambar/ Muhammad Rizal

Penamaan itu muncul berdasarkan relief-relief atau ukuran candi yang berada di sekitar candi ini. Berdasarkan klaim Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Tulungagung, ukuran tersebut memuat kisah Angling Dharma. Namun, menurut Suyoto dalam ulasan Wildan Zuhry, relief ini menceritakan tentang Tantri atau Tantri Kamandaka atau tentang adegan burung bangau, ikan, dan kepiting.

Versi lain dijelaskan oleh Lidya Keaven, bahwa relief tersebut merupakan cerita penyamaran “Panji Waseng Sari”. Perjalanan kisah Angling Dharma dan Panji ini hampir setiap tahun ditampilkan di Festival Panji, momen ketika Candi Miri Gambar punya andil besar dalam memperkaya unsur serta menjadi salah satu tujuan dalam rentetan acara Festival Panji. Sangat jarang ada yang menggambarkan kisah Nusantara yang diukir dalam sebuah relief, karena biasanya berisi tentang relief hewan ataupun gambar kehidupan pada saat bangunan candi dibangun.

Penggambaran inilah yang menjadikan Candi Miri Gambar istimewa, tidak hanya sekedar tempat sembahyang untuk sebagian kalangan, tetapi juga menjadi pengembangan cerita masa lalu yang terus digali. Karena jika kita menggunakan candi sebagai media konstruksi sejarah, mempelajari bentuk hidup, dan menelaah proses perubahan budaya, maka candi serta ceritanya adalah salah satu cara untuk mengetahuinya. Sedangkan cerita yang berkembang mengenai Angling Dharma dan cerita Panji boleh jadi menjadi sekedar bumbu saja, atau mungkin kejadian tersebut benar adanya.

Selayaknya sebuah cerita, baik cerita dari Angling Dharma maupun cerita Panji ini selain berfokus pada ceritanya, namun juga disertai keterangan-keterangan dan konstruksi kisah yang mengiringinya. Seperti siapa subyek dalam cerita tersebut, bagaimana situasi dan keadaan yang dialami oleh subjek cerita, penjelasan masyarakatnya menjadi keterangan yang dapat dibedah untuk menyempurnakan gambaran cerita yang telah berkembang.

Umumnya, tradisi lisan tidak memiliki kebenaran tunggal, namun dalam kasus Candi Miri Gambar, kita dapat mempersempit kisah guna mendapatkan sebuah alur cerita yang sesuai. Oleh karena itu, wujud cerita Panji dalam kegiatan masyarakat yang paling masyhur menjadi sebuah Festival Panji yang tidak hanya berhenti di Tulungagung saja, melainkan hingga sebagian Asia Tenggara. Luasnya cakupan cerita Panji ini membuat tradisi lisan Panji terus dilestarikan oleh para pelaku kesenian dan kebudayaan.

Dalam kajian folklore, cerita Panji yang berasal dari Candi Miri Gambar ini biasa disebut folklore lisan. Folklore terdiri dari dua kata folk dan lore. Selain itu, yang memperkenalkan disiplin ilmu folklore adalah Wiliam John Thomas. Folk memiliki arti sekelompok manusia yang hidup secara bersama-sama yang memiliki ciri-ciri fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dengan kelompok-kelompok lain. Lore adalah tradisi folk, yaitu kebudayaan yang diwariskan turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh, disertai gerak isyarat atau pembantu.

Menurut James Danadjaja, folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuk folklor yang termasuk ke dalam kelompok besar ini antara lain: (a) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat, tradisional, dan titel kebangsaan, (b) ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah, dan pameo, (c) pertanyaan tradisional, seperti teka-teki, (d) puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair, (e) cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng, dan (f) nyanyian rakyat.

Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok besar ini dapat dibagi menjadi dua subkelompok, yakni yang material dan yang bukan material. Contoh yang material: arsitektur rakyat, kerajinan tangan, pakaian dan perhiasan, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan. Sedangkan yang termasuk bukan material adalah gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk komunikasi (gendang, keso-keso, gamelan, dan lain-lain) dan musik rakyat.

Candi Miri Gambar dengan peninggalannya mampu membuat dirinya dikaji dan dilestarikan dengan bentuk kategori ini. Dalam rentang waktu sekarang, jika dilihat dengan seksama, sebenarnya candi ini masih ada beberapa peninggalan di kanan kirinya sehingga candi ini tidak berdiri tunggal. Besar kemungkinan merupakan sebuah kompleks candi yang tidak hanya berdiri sendiri.

Saat ini, Candi Miri Gambar sedang mengalami perbaikan karena kondisinya yang perlahan mulai runtuh, sehingga dikhawatirkan akan mengalami kerusakan parah jika tidak dilakukan perbaikan. Dalam pemberitaan di tempo.co, menurut kepala BPCB Jawa Timur, Zakaria Kasimin saat meninjau lokasi pada Jumat, 19 Februari 2021, kerusakan yang paling dikhawatirkan adalah candi akan roboh sendiri apabila tidak dilakukan perbaikan.

Perbaikan bertujuan untuk memperkuat struktur-struktur candi dan tentunya mempercantik tampilan candi itu sendiri. Ditambah pembacaan relief-relief Candi Miri Gambar yang belum menemukan titik terang di antara kisah Angling Dharma, cerita Panji, ataupun masih memerlukan waktu. Menyelamatkan daerah asal cerita-cerita itu adalah solusi jangka panjang yang layak diperjuangkan.

Penyunting: Nadya Gadzali