Etnis.id - Sulaman adalah salah satu karya seni. Sulaman merupakan proses ide, pikiran dan hasil kerja dari tangan manusia dalam menciptakan seni kriya atau kerajinan tangan manusia.

Sulam merupakan salah satu cara untuk menjadikan suatu penampilan permukaan berbahan kain menjadi lebih indah dipandang oleh mata (Boesra, 2005:28). Sulaman pertama kali ditemukan pada zaman Mesir Kuno, Yunani Kuno, kerajaan Byzantium, daratan India, dan negeri Cina (Jumanta, 2004: IV).

Di Indonesia, tentu banyak jenis sulaman. Sebab banyak etnis yang memiliki karya sulaman sendiri. Karya seni sulaman itu diciptakan melalui keunikan latar belakang budaya dan pengetahuan yang diperoleh dari kearifan lokal setempat. Sementara pengetahuan itu diperoleh melalui warisan tradisi lisan oleh orang-orang terdahulu kepada generasi penerus hingga saat ini.

Seperti sulaman indah benang emas Nagari Sungayang yang memiliki pelbagai macam keunikan dan keindahan. Salah satunya dari segi teknik pembuatan yang dilakukan secara manual menggunakan tangan.

Seorang penyulam, Zulbaidah, mengaku proses pembuatan sulaman indah benang emas membutuhkan waktu sepuluh sampai lima belas hari. Kesabaran, kejelian, ketelitian selama proses penyulaman menjadi modal utama sebagai seniman sulaman.

Selama proses penyulaman itu pula, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Pertama, menyiapkan bahan kain beludru, kemudian dipotong menurut
ukuran sesuai dengan kebutuhan pengrajin atau pelanggan.

Lalu, penempelan motif pada kain itu menggunakan kertas minyak sesuai dengan motif kearifan lokal Nagari sungayang, yaitu motif pucuak rabuang, bungo tangah, bungo suduik.

Kedua, menjahit motif itu di sekeliling kain perca. Ketiga, pemedangan atau penahan kain sulaman berbentuk wadah segi empat yang sudah disiapkan, diikat dengan kuat hingga terpasang dengan kain.

Menyulam dengan pemedangan/ETNIS/Indah Widia Ningsih

Jika sudah begitu, dijahitlah motif yang sudah ada hingga selesai. Setelah selesai, pemedangan dibuka kembali, baru pada bagian bawah dipasang kain lapisan, agar bagian belakang kain sulaman terlihat lebih rapi, serta benang bagian belakang tidak terlihat.

Sulaman indah benang emas Nagari Sungayang Kabupaten Tanah Datar tercipta dari proses perenungan dan pembelajaran masyarakat etnis Minang yang mempelajari falsafah hidup yang berbunyi alam takambang jadi guru.

Maksud dari filosofi itu adalah, belajar dari alam, tumbuh-tumbuhan dan hewan sebagai tempat inspirasi guru untuk menciptakan suatu karya seni salah satunya seni kriya.

Selain alam yang menjadi guru, warisan tradisi lisan juga menjadi faktor utama dorongan dari kedua orang tua Zulbaidah untuk menyulam benang emas, sehingga ia menjadi seorang seniman sulam.

Lebih jauh, ada tiga unsur pembentuk estetika sulaman indah benang emas--meminjam konsep estetika Djelantik adalah sebagai berikut. Pertama, wujud. Terdiri dari dua konsep yakni bentuknya yang khas dari Nagari Sungayang seperti pucuak rabuang, bungo tangah, bungo suduik.

Pucuak rabuang bentuknya berada pada bagian pinggir kain. Hal ini merupakan representasi posisi seorang kaum masyarakat Minangkabau. Sementara Bungo suduik berada di pinggir sedikit menjorok ke dalam. Inilah representasi dari penghulu sebagai pemimpin suku atau Nagari pada suatu kaum.

Bunga tangah berada di tengah. Inilah representasi dari bundo kanduang sebagai pemimpin kaum perempuan dalam suatu suku Minangkabau, serta sebagai ahli waris penghuni rumah gadang.

Kedua adalah bobot atau isi, yaitu isi atau peristiwa kesenian meliputi yang dilihat, dirasakan atau dihayati sebagai makna dari wujud seni sulaman. Isi itu juga punya tiga aspek yaitu suasana alam Nagari Sungayang: Sebagai tempat proses terciptanya sulam indah benang emas; Gagasan atau ide pengrajin dalam menciptakan model-model motif sehingga menjadi identitas dari Nagari Sungayang; Pesan pada sulaman itu sendiri, yang menceritakan adat istiadat masyarakat Minangkabau.

Editor: Almaliki