Etnis.id - Pada tahun 2017 silam, saya beruntung sekali mendapatkan undangan untuk menghadiri malam penetapan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia di Gedung Kesenian Jakarta.

Malam itu saya bisa menikmati pelbagai sajian makanan tradisional dan menonton beragam pertunjukan. Pulangnya pun masih membawa souvenir berupa beberapa makanan tradisional. Salah satu yang menarik di antaranya sebuah besek berisi rempah-rempah yang bertuliskan “Wedang Uwuh Imogiri”.

Ketika melihat tulisan “uwuh”, saya merasa terheran-heran, karena sebagai orang Jawa, saya memahami makna uwuh adalah sampah. Dalam Bahasa Jawa, wedang berarti minuman hangat sedangkan uwuh berarti sampah dari dedaunan.

Ramuan tersebut memang berisi banyak sekali dedaunan rempah-rempah kering. Ada bunga, batang dan daun cengkih, jahe sudah dimemarkan, kayu secang, pala, daun pala, kayu manis, daun kayu manis, akar dan daun serai, gula batu dan kapulaga.

Karena penasaran, saya segera menyeduhnya ketika sudah sampai di rumah. Semua rempah saya letakkan di gelas, lalu kuseduh dengan air hangat. Saya mengaduknya perlahan dan aroma harum khas rempah mulai menyeruak. Sungguh sangat wangi dan menenangkan.

Warna airnya menjadi merah dan rempahnya mengambang di atas. Saya baru menyadari, mungkin sebutan uwuh itu dikarenakan wedang ini seperti kumpulan sampah-sampah daun dan rempah yang berserakan. Tapi, jangan salah, seduhan wedang uwuh sangat lezat dan hangat ditenggorokan.

Wedang uwuh sebagai minuman raja

Minuman ini rupanya adalah minuman khas Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Menurut abdi dalem Makam Imogiri, resep wedang uwuh ditemukan dengan secara tidak sengaja.  Saat itu sekisar tahun 1630-an, pada masa Sultan Agung masih menjadi raja di Mataram, ia sedang mencari lokasi untuk pemakaman sentana (keluarga) raja-raja dinasti Mataram.

Lokasi yang menurutnya saat itu cocok untuk kompleks pemakaman adalah wilayah sekitar Imogiri.  Singkat cerita, pada suatu malam, Sultan Agung meminta kepada abdinya untuk dibuatkan minuman sebagai penghangat tubuh.

Dengan sigap, abdi dalem segera menyipkan wedang secang (Caesalpia Sappan). Minuman tersebut kemudian diletakkan di bawah pepohonan yang berada di tempat semedi sang raja. Malam itu angin bertiup sangat kencang, sehingga merontokkan dedaunan kering, yang kemudian secara tidak sengaja jatuh ke dalam cawan berisi minuman sang raja, sehingga bercampur dengan wedang secang.

Pada lain waktu, sang raja meminta kepada abdinya untuk membuatkan minuman yang sama, karena merasakan nikmatnya wedang yang telah bercampur dedaunan. Kemudian para abdi dalem mengamati jenis rontokan daun yang ada di cawan tersebut, lalu dijadikan minuman sang raja. Sejak saat itu, wedang uwuh begitu digemari di Imogiri.

Khasiat wedang uwuh Imogiri

Khasiat wedang uwuh dipercaya dapat membantu menjaga kekebalan tubuh dari masuk angin, serta dapat memperlancar peredaran darah. Bahkan beberapa bahan dari wedang uwuh, ampuh mencegah dan meminimalkan terjadinya penyakit degeneratif, menurunkan kolesterol, mencegah osteoporosis, anti diare dan anti kanker.

Komponen paling penting dalam racikan wedang uwuh adalah kayu secang. Kayu secang ini telah lama dikenal sebagai bahan ramuan untuk mengobati pelbagai penyakit seperti sifilis, batuk darah dan radang.

Beberapa penelitian kesehatan menunjukkan bahwa secang memiliki kemampuan antioksidan, antikanker, memperlancar peredaran darah dan melegakan pernapasan. Pemanfaatan kayu secang juga untuk mengatasi osteoporosis pada wanita post-menstrual yang efektif dan aman. Mencegah kerusakan hati.

Selain itu, ada juga jahe. Manfaat jahe sudah pasti tidak dapat diragukan. Jahe termasuk salah satu rempah yang selain mampu menghangatkan tubuh, menghilangkan rasa mual, mengurangi nyeri sendi, hingga menurunkan kadar kolesterol.

Selanjutnya, dalam racikan wedang uwuh terdapat pula kayu manis. Kayu manis memiliki sifat antioksidan. Campuran jahe dan kayu manis berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh karena kandungan antioksidannya yang tinggi.

Wedang uwuh semakin lengkap dengan kehadiran buah dan daun pala, cengkeh, daun serai dan kapulaga.  Buah dan daun pala dapat dimanfaatkan sebagai obat sedatif-hipnotik, biji pala pun sering  digunakan oleh  masyarakat sebagai obat tidur dan juga obat masuk angin.

Cengkeh juga memiliki khasiat yang tidak kalah pentingnya. Ayoola (2008) menyatakan bahwa senyawa yang terkandung dalam cengkeh memiliki khasiat mengatasi sakit gigi, sinusitis, mual, muntah, kembung, masuk angin, sakit kepala, radang  lambung, batuk, terlambat haid, rematik, campak dan lain-lain.

Daun serai pun memiliki manfaat yang luar biasa. Ia digunakan sebagai peluruh angin perut, penambah nafsu makan, pengobatan pasca persalinan, penurun panas dan pereda kejang. Sedangkan kapulaga dalam racikan ini dapat berfungsi sebagai obat batuk.

Wedang uwuh memiliki racikan yang memang sangat berkhasiat untuk menyembuhkan segala macam penyakit. Bahan-bahannya pun bisa ditemui dengan mudah di pasar tradisional. Keahlian orang Imogiri dalam meracik wedang uwuh memang sangat luar biasa. Maka tidak heran jika keahlian ini kemudian ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada tahun 2017. Minuman tradisional ini
harus tetap dilestarikan.

Editor: Almaliki