Etnis.id - Setelah melahirkan, banyak sekali perempuan yang mengalami stress karena tidak bisa mendapatkan tubuh seperti sebelumnya. Pelbagai treatment mahal mereka jalani demi mendapatkan tubuh ideal.

Pemeliharaan tubuh sehabis melahirkan memang penting. Di samping untuk memulihkan kondisi badan, perawatan ini juga dilakukan agar ASI tetap melimpah ruah dan lancar. Nah, perempuan Jawa ternyata juga memiliki treatment khusus yang sudah menjadi tradisi turun-temurun.

Mengongsumsi jamu

Perlu diketahui, jamu dipercaya berasal dari dua kata Jawa kuno, yaitu djampi yang bermakna penyembuhan dan oesodo yang bermakna kesehatan. Istilah jamu diperkenalkan ke publik lewat orang-orang yang dipercaya punya ilmu pengobatan tradisonal.

Khasiat jamu telah teruji oleh waktu secara turun-temurun dan digunakan sebagai obat tradisional. Menurut Rini Verary Shanti (2014) dalam studinya yang berjudul “Studi Etnobotani Pengobatan Tradisional untuk Perawatan Wanita” tradisi mengonsumsi jamu usai melahirkan, telah digunakan sejak masa Keraton Surakarta Hadiningrat.

Hal ini juga telah dijelaskan dalam serat Primbon Jampi Jawi yang memuat pelbagai ajaran tentang racikan jamu tradisional yang ditulis oleh Sunan Pakubuwono X. Dalam serat itu, terdapat banyak variasi dan cara penggunaan jamu pada perempuan yang baru saja melahirkan.

Ada jamu yang bisa diminum, ada juga yang hanya dioles. Di antara bermacam jamu yang ada di serat Primbon Jampi Jawi, ada beberapa jamu yang masih sering dipakai, seperti jamu uyup-uyup, tapel dada, plipih, pilis dan parem.

Jamu uyup-uyup. Jamu ini adalah jamu yang harus diminum secara teratur oleh ibu baru. Khasiatnya memperlancar ASI. Bahannya terdiri dari daun widosari, daun dadap serep, daun belimbing, pucuk daun sinom asem, pucuk daun jambu klutuk dan daun luntas.

Semua bahan-bahan itu direbus bersama temu lawak, temu giring, temu ireng, kunyit, lempuyang dan kencur sampai mendidih. Airnya diambil dan diminum segelas setiap pagi dan sore hari.

Ramuan ini sebaiknya digunakan untuk sekali minum. Jadi setiap hari, harus membuat racikan baru agar tetap segar. Jamu uyup-uyup jika dilihat dari komposisinya memiliki manfaat yang cukup baik bagi tubuh ibu.

Kencur dan temu giring bermanfaat untuk menimbulkan rasa tenang, hangat dan segar dalam tubuh. Secara tidak langsung, kondisi psikologis ibu menjadi lebih stabil. Dengan kondisi ibu yang tenang, maka akan menstimulasi produksi oksitosin yang memiliki fungsi merangsang prolactin agar terus memproduksi ASI.

Kunyit yang terdapat dalam jamu ini juga mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan ibu nifas seperti curcumin, karbohidrat, protein, vitamin C, kalium, fosfor serta lemak. Sedangkan lempuyang memberikan manfaat peningkatan nafsu makan. Dengan mengkonsumsi ini, maka akan sangat membantu ibu nifas untuk menjaga nutrisinya.

Tapel dada. Tapel dada adalah jamu yang pas untuk keperluan mengencangkan payudara. Ramuan ini terdiri dari kayu legi, ketumbar, kunyit dan daun trawas. Untuk mengurangi rasa pahit, bisa ditambahkan sedikit asam dan gula merah.

Pengkonsumsiannya dilakukan dengan dua cara, bahan-bahan jamu dipipis (ditipiskan di antara dua batu) lalu diminum airnya atau cukup dikunyah saja. Untuk yang dipipis, sekali minum hanya tiga sendok makan dan diminum setiap pagi dan sore hari. Untuk tapel dada yang dikunyah terdiri dari adas pulowaras dan daun dlingo bengle, akan tetapi jarang sekali memilih ramuan ini karena rasanya yang pahit.

Tapel juga bisa dioleskan di seputar perut setelah mandi, agar kandungan kembali menjadi kencang dan kulit perut menjadi halus. Ramuan tapel terdiri dari kapur sirih, air jeruk nipis ditambah minyak kayu putih secukupnya.

Plipih. Ramuan yang digunakan dengan cara mengompreskannya di daerah vagina. Bahan yang digunakan adalah empon-empon yang telah dihaluskan. Sebelum digunakan, racikan ini harus dikukus lebih dahulu. Selagi masih suam-suam kuku, ramuan dibungkus dengan kain bersih kemudian segera dipakai.

Khasiatnya adalah agar darah nifas tidak bau dan memulihkan jalannya bayi. Plipih yang hangat juga memberikan kenyamanan pada ibu baru. Plipih digunakan selama seminggu berturut-turut setelah melahirkan.

Selanjutnya adalah pilis. Pilis adalah jamu oles untuk bagian dahi saja. Sebab jamu ini diyakini oleh perempuan Jawa berfungsi untuk mengembalikan penglihatan kembali jernih setelah lahiran. Dari mitos yang diyakini masyarakat Jawa, pilis mampu mencegah darah putih agar tidak naik ke otak pada perempuan usai lahiran.

Ada juga ramuan lain yang sangat berkhasiat yakni parem. Parem lebih dikenal dengan nama bobok. Perempuan usai melahirkan biasanya menggunakan parem sebagai penghilang pegal-pegal. Mereka akan mulai menggunakan parem pada malam hari dan dibiarkan hingga pagi. Parem akan dioleskan pada pangkal paha hingga telapak kaki.

Centhing atau bengkung

Centhing atau bengkung (stagen lilit) dianggap mampu menjaga bentuk perut agar tetap singset (ramping). Ukuran centhing kira-kira sepanjang 6 meter dan lebar antara 20 meter hingga 30 meter.

Cara melilitkan bengkung ada triknya. Salah satu ujung centhing diikatkan pada sebuah tiang, sedangkan ujung lainnya mulai diikatkan pada tubuh si ibu. Centhing dililitkan mulai daerah pantat sampai di atas pinggang.

Sebelum menggunakan centhing, terlebih dahulu kita harus mengoleskan jamu tapel pada perut, agar perut betul-betul ramping. Sambil dililit, kain sekaligus harus ditarik kuat-kuat. Dari kepercayaan yang berkembang, centhing diyakini akan mempercepat proses pengecilan perut.

Setelah itu, perempuan usai lahiran akan disarankan untuk terus menggunakan centhing selama 40 hari. Hal ini diyakini agar perut mereka tidak kengser. Selain itu, centhing dianggap akan mempercepat keringnya jahitan.

Editor: Almaliki