Etnis.id - Sebagai negara agraris, tidak mengherankan jika banyak sekali tradisi yang berhubungan dengan pertanian di Indonesia. Semisal dijadikannya nasi sebagai hasil pertanian yang mewarnai upacara adat wiwit.

Wiwit adalah upacara tradisional yang sampai sekarang masih berlangsung di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Dalam Bahasa Indonesia, wiwit berarti permulaan.

Dalam hal ini berarti permulaan, ketika petani akan memotong padi sebulum akhirnya panen. Sejatinya, tradisi ini merupakan wujud doa serta rasa syukur, karena para petani masih mendapatkan limpahan hasil panen yang diberikan oleh Tuhan.

Jika kita tarik lebih dalam menggunakan pendekatan sosiologis, dalam tradisi wiwit juga ada interaksi sosial seperti hubungan petani dengan petani lainnya serta petani dengan pemilik lahan dengan alam yang selama ini telah mencukupi kebutuhan para petani.

Peristiwa ini juga relevan dengan konteks hidup orang Jawa yang memaknai wiwit sebagai wujud ungkapan syukur kepada bumi sebagai sedulur sikep atau saudara orang Jawa.

Hal ini dikarenakan orang Jawa menganggap bumi sebagai saudara yang senantiasa harus dihormati serta dijaga kelestariannya. Menurut beberapa sumber yang saya dapatkan, orang Jawa tidak memiliki konsep meminta kepada sedulur sikep.

Meminta dianggapnya sebagai perbuatan yang kurang baik. Untuk itu, mereka harus memberi serta menerima. Tidak semata-mata meminta begitu saja. Mereka meyakini jika rasa hormat kepada bumi berkurang, maka bumi akan memberikan balasan
yang buruk.

Pagebluk, orang Jawa menyebutnya. Sebuah peristiwa yang ditandai dengan panen yang buruk, kekeringan, cuaca tidak menentu dan berbagai peristiwa merugikan lain terkait dengan hasil panen. Untuk itu, sampai sekarang tradisi ini masih banyak dilangsungkan.

Tengah sawah menjadi lokasi berlangsungnya wiwit. Mula-mula, wiwit diawali dengan pembacaan doa oleh tokoh adat setempat. Setelah doa berlangsung, ritual dilanjutkan dengan menyiram tanaman padi dengan menggunakan air kendi yang sudah dicampur dengan daun dadap sirep. Selain itu, para petani juga akan menyebar beberapa makanan ke tengah sawah.

Beberapa nasi gudhangan serta lauk dibungkus dalam pincukan daun pisang untuk ditempatkan pada empat sudut sawah. Jika sudah, maka akan dilangsungkan pemotongan beberapa helai padi yang nantinya dibawa pulang.

Tradisi tidak berhenti pada pemotongan batang padi saja. Upacara akan dilanjutkan dengan makan sego wiwit di tengah-tengah sawah. Nasi yang dilengkapi dengan urap sayur, peyek tempe, ikan asin, telur rebus, sambal gepeng dan juga ikan asin ini, nantinya akan dinikmati bersama-sama oleh para petani yang akan menanam padi.

Menu yang dihadirkan tidak selalu sama. Terkadang, ada juga beberapa lauk yang tidak dimasukkan. Hal ini tergantung pada keinginan serta kemampuan pemilik lahan. Dari sekian banyak lauk pauk yang dihadirkan. Sambal gepeng tidak boleh dilupakan.

Sambal ini dibuat dari kedelai putih, garam, gula merah, bawang putih, kencur dan juga jeruk purut yang diulek. Setelah itu, menu ini jadi favorit para petani. Selain pemilihan menunya, penyajian sego wiwit juga tak kalah unik. Nasi lengkap dengan semua lauk pauknya tersebut akan dibawa ke sawah menggunakan tampah dari anyaman belahan batang pohon yang berbentuk bulat.

Sesampainya di sawah, sajian tersebut kemudian dibagikan kepada para petani serta masyarakat yang kebetulan berada di dekat area persawahan. Mereka bersama-sama menikmati hidangan dalam pincukan daun pisang. Setelah makan di tengah sawah, jika masih ada sisa, sego wiwit bisa dibawa pulang. Masyarakat menyebutnya dengan berkat.

Relevan memang. Hal ini akhirnya menjadi berkat tersendiri bagi sebagian orang. Dari sinilah akan tampak nilai kesederhanaan serta kekeluargaan. Semua makanan menggunakan menu serta wadah yang sama. Tidak ada wadah atau menu khusus untuk orang tertentu.

Semua bersama-sama menyantap nasi gudhangan dalam pincukan daun pisang. Tidak ada sekat antara pemilik lahan ataupun buruh tani. Semua akan menyatu bersama-sama menikmati rezeki.

Proses yang sangat harmonis antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam yang merupakan sedulur sikep, serta manusia dengan Sang Rabi Illahi. Semua terjalin dan saling terkait satu sama lain. Selain sebagai bentuk kebersamaan antarpetani.

Banyak pesan yang disampaikan melalui wiwit. Secara tidak langsung, para petani juga turut andil dalam menjaga bahan pangan supaya tetap tersedia. Mengingat dalam wiwit, para petani akan mengambil padi yang berusia tua untuk kemudian disimpan.

Padi yang disimpan tersebut akan digunakan sebagai benih untuk masa penanaman berikutnya. Tentu, hasil panenya juga akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.

Editor: Almaliki