Gondang mempunyai arti penting dalam kekayaan budaya Batak Toba ditinjau dari berbagai aspek. Dalam konteks budaya Batak Toba, istilah "Gondang" memiliki banyak arti, mulai dari menunjukkan alat musik hingga melambangkan ansambel musik, komposisi lagu, atau elemen yang sangat diperlukan dalam upacara adat.

Dua bentuk utama gondang, Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi, menempati posisi integral dalam berbagai upacara adat dalam kehidupan masyarakat Batak Toba. Bentuk gondang menampilkan serangkaian komposisi lagu yang sering digunakan dalam berbagai jenis upacara.

Di luar konteks musikalnya, gondang memiliki peran penting dalam pelaksanaan berbagai jenis upacara keagamaan, upacara adat, dan hiburan dalam kehidupan masyarakat Batak Toba. Kegiatan bermain gondang disebut dengan margondang, tradisi ini sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Batak Toba.

Seperti yang diungkapkan oleh Hutasoit (1976:9), dahulu kala, gondang digunakan di berbagai kesempatan, seperti pesta, upacara kesedihan dan ritual memberikan sesajen untuk roh-roh.

Dalam konteks pesta, gondang digunakan dalam acara-acara seperti pesta muda-mudi, kelahiran anak, pindah rumah, pemberian nama anak, peresmian kampung baru, syukuran keluarga, serta pengangkatan raja atau pemimpin kampung.

Sedangkan dalam upacara kesedihan, gondang digunakan dalam upacara penebusan dosa, upacara permohonan untuk mengentaskan kemiskinan dan penderitaan, serta upacara kematian.

Selain itu, gondang juga digunakan dalam upacara adat yang berhubungan dengan kepercayaan kepada leluhur atau nenek moyang, seperti memberikan sesajen dan memanggil roh nenek moyang, penggalian tulang belulang leluhur, menghindari bencana, mengambil keputusan, dan memberikan sesajen berupa kerbau.

Saat gondang berkumandang, para pemusik terlibat dalam dialog musikal yang saling mempengaruhi satu sama lain. Mereka menciptakan harmoni dan keragaman suara yang mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi Batak.

Interaksi dan komunikasi melalui musik merupakan nilai-nilai yang sangat dijunjung tinggi, bukan sekadar menampilkan kemampuan bermusik, tetapi juga menyampaikan pesan, cerita, dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Musik gondang bukan sekadar hiburan, tetapi juga alat untuk menyampaikan pesan-pesan sosial, sejarah, dan kearifan kepada anggota masyarakat. Dengan demikian, gondang tidak hanya sekadar seni musik, tetapi juga media komunikasi yang ampuh.

Melalui interaksi yang kompleks antara musisi dan penonton, musik ini menghubungkan masyarakat, memperkuat ikatan dengan budaya, dan menyampaikan pesan yang mendalam.

Tortor sebagai seni tari, mempunyai akar yang kuat dalam sejarah Batak. Tarian tortor diyakini berasal dari ritual adat yang dilakukan masyarakat Batak zaman dahulu, sebagai bagian dari upacara keagamaan dan sosial.

Secara harfiah, kata “tortor” berasal dari bahasa Batak yang berarti “melompat”, mengacu pada ciri khas gerakan melompat dalam tarian ini.

Tari tortor awalnya dibawakan di berbagai acara, termasuk upacara adat pernikahan, pemakaman, atau penyambutan tamu penting. Namun, seiring berjalannya waktu, tarian ini juga menjadi ekspresi seni dan hiburan yang sangat dihargai dalam budaya Batak.

Tortor tidak hanya menggambarkan keindahan gerak tubuh, tetapi juga menceritakan kekayaan dan keberagaman sejarah, kepercayaan, dan jati diri suku Batak.

Tiga aspek penting untuk memahami lebih dalam tentang tari tortor antara lain asal-usul, fungsi, dan kegunaannya dalam budaya Batak. Tari tortor mempunyai beberapa fungsi penting dalam kebudayaan Batak, salah satunya sebagai media untuk menjaga dan menghidupkan kembali tradisi. Hal ini merupakan bentuk penghormatan terhadap nenek moyang dan sistem kepercayaan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.

Selain itu, tortorjuga sering digunakan sebagai media komunikasi. Gerakan-gerakan dalam tarian ini mampu mengungkapkan berbagai emosi dan pesan kepada penontonnya yang sering kali lebih kuat dari kata-kata.

Tarian ini juga berfungsi untuk mempererat ikatan sosial dalam masyarakat Batak. Ditandai dengan adanya suatu interaksi dalam sebuah gelaran adat, di mana pihak penyelenggara maupun tamu diajak untuk menari bersama. Ini adalah salah satu fungsi tortorsebagai tarian pergaulan atau media untuk mempererat ikatan sosial.

Dalam banyak upacara adat, tari tortor digunakan untuk memohon berkah, perlindungan, atau perayaan peristiwa penting dalam kehidupan Suku Batak. Selain itu, tarian ini juga berperan dalam melestarikan sejarah dan mitologi Batak. Melalui gerak dan kostum yang digunakan dalam tari tortor, cerita tentang nenek moyang, pahlawan, dan mitos Suku Batak dapat dihidupkan kembali dan disampaikan kepada generasi muda. Dalam tari tortor, setiap koreografi, gerak tubuh, dan ritmenya mengandung makna simbolis.

Formasi melingkar melambangkan siklus kehidupan dan kematian sedangkan irama gondangmelambangkan detak jantung masyarakat. Penari mengenakan pakaian tradisional yang dihiasi simbol-simbol yang mewakili hubungan mereka dengan alam, leluhur, dan roh. Tari tortor bukanlah pertunjukan tunggal melainkan upaya kolektif yang memerlukan koordinasi dan kerjasama antar penari, pemusik, dan penonton.

Saling Silang dan Melengkapi

Saling silang dan melengkapi antara gondangdan tortor merupakan fakta yang tidak terbantahkan. Gondang dan tortormerupakan dua elemen seni pertunjukan yang saling terikat, baik dari fungsi, makna, dan simbol. Jika kita cermati, penjelasan mengenai makna serta fungsi gondangdan tortor sudah lebih dahulu dipaparkan di poin sebelumnya.

Penjelasan mengenai simbol yang terdapat pada dua kesenian tersebut secara simbolis saling berhubungan. Gondang dan tortor dapat kita amati dari aspek komunikasi yang dibangun oleh pargonsi dan panortor.

Pargonsi dituntut untuk menghadirkan ritme dan melodi yang sesuai dengan gerakan tari tortor, begitu pun sebaliknya. Orang yang sedang manortorharus dapat menyesuaikan gerak tubuhnya sesuai ritme gondang. Hal ini memerlukan kerja sama dan sinkronisasi yang baik antara pemusik dan penari.

Biasanya, ketukan gong juga dijadikan sebagai pedoman bagi para penari tortor untuk mengubah gerakannya. Ini adalah komunikasi teknis yang memungkinkan penari dan musisi berinteraksi secara harmonis selama pertunjukan. Budaya Batak telah memelihara hubungan ini selama berabad-abad dan saat ini masih menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat Batak.

Nama komposisi sebuah gondang biasanya juga sesuai dengan nama atau jenis tortor yang akan dibawakan. Misalnya, jika tarian yang pertama kali diminta oleh pemimpin upacara (raja parhata) adalah tortormula-mula, maka gondang yang dimainkan adalah gondang mula-mula, begitu juga seterusnya untuk tarian lainnya.

Tortor tidak bisa berjalan tanpa gondangkecuali dalam beberapa kasus tertentu di mana gondang digunakan sebagai doa awal dalam upacara-upacara tertentu, seperti Gondang Alu-alu tu Amanta Debata, Alu-alu tu Siloloan Natorop, dan Alu-alu tu Harajaon. Pada saat itu, hanya gondang yang dimainkan karena gondang diyakini sebagai pembuka yang secara tersirat menyampaikan pesan-pesan berupa doa kepada Tuhan.

Pertemuan gondang dan tortorsebagai sebuah kesatuan dapat digambarkan dengan kata saling silang. Pemilihan kata saling silang di sini bermaksud untuk mendeskripsikan gondang dan tortoryang saling mengikat. Ada makna, fungsi, dan simbol terkandung di dalamnya yang saling mengungkapkan emosi, memupuk kebersamaan, serta memiliki sebuah tujuan yang sama, yaitu penghormatan kepada adat istiadat.

Secara keseluruhan, musik gondang dan tari tortor merupakan dua unsur seni pertunjukan yang tidak dapat dipisahkan dalam budaya Batak. Mereka saling melengkapi dan menciptakan pengalaman budaya yang kaya serta mendalam pada setiap upacara adat atau acara penting.

Kedekatan hubungan antara gondang dan tortor menjadi bukti kekayaan tradisi budaya Batak yang bertahan selama berabad-abad serta merupakan warisan budaya yang patut dilindungi dan dilestarikan untuk generasi mendatang.

Penyunting: Nadya Gadzali