Setiap etnis di Nusantara memiliki beragam jenis ritual yang diwariskan oleh orang-orang terdahulu dan diterapkan di dalam keseharian masyarakat setempat. Ritual berfungsi sebagai penghantar doa kepada Sang Pencipta untuk memohon keselamatan, penolak bala, sekaligus melindungi manusia dari gangguan makhluk gaib, agar suatu kegiatan dapat berjalan dengan lancar.

Secara definitif, ritual merupakan aktivitas individu atau kelompok yang dilakukan berdasarkan sejumlah aturan atau tradisi yang diturunkan dari orang-orang terdahulu.

Bagi masyarakat etnis Melayu Kepulauan Riau, ritual betabek sudah tak terdengar asing lagi, lantaran sudah ada sejak zaman dahulu. Ritual betabek kerap diselenggarakan dalam pertunjukan mak yong, seni pertunjukan joget dangkong, kegiatan bele atau bersih desa.

Etnis Melayu meyakini, jika ritual betabek dilaksanakan, maka segala aktivitas akan berjalan lancar tanpa ada gangguan dari makhluk gaib. “Setidaknya, dengan adanya ritual ini, mereka mengetahui bahwa ada aktivitas sosial serta menghormati mereka. Sebab manusia hidup berdampingan dengan makhluk gaib,” ujar Seno, Imam (pemimpin) ritual Mandi Safar.

Sebelum seni pertunjukan dimulai, rapalan mantra dan sesajen wajib diletakkan di sebuah nampan, dihadirkan sebagai media pelengkap upacara ritual betabek. Perilaku yang seringkali dilakukan tanpa sadar merupakan peristiwa betabek atau permintaan izin adalah jika seseorang sedang berkendara dan tiba-tiba ingin buang air kecil, kemudian berinisiatif untuk berhenti sejenak di tepi jalan dan mengucapkan betabek sebagai permintaan izin.

Media Pelengkap Upacara Ritual Betabek/ Rivaldi Ihsan

Senada dengan pengalaman Jon, sekretaris Lurah Pulau Ngenang juga mengatakan bahwa ada kebiasaan orang-orang etnis Melayu, jika kita melewati suatu tempat yang belum pernah dilalui dan ingin buang air kecil, kemudian mengucap betabek atau permisi “tabek datok, anak cucu mau numpang lewat,” ujar Jon.

Kebiasaan semacam itu merupakan perilaku masyarakat etnis Melayu yang masih dilakukan hingga saat ini, seperti mengucapkan permisi “permisi nek, kek, atau atuk, anak cucu numpang buang ari kecil atau numpang lewat, dan sebagainya”. Ucapan tabek itu sebagai pertanda bahwa kita sebagai manusia, mempercayai adanya makhluk gaib yang hidup berdampingan dengan manusia.

Begitu juga Seno di kampung Terih Nongsa. Setiap tahunnya, ia dipercaya oleh masyarakat etnis Melayu setempat untuk memimpin ritual Mandi Safar. Sebab, ia adalah seorang tokoh adat yang memahami filosofi, teori dan praktik tentang bagaimana tata cara prosesi upacara ritual Mandi Safar dari awal hingga akhir. Seno mengatakan bahwa salah satu ritual yang wajib dikerjakan sebelum ritual Mandi Safar ialah melaksanakan ritual betabek.

Ritual betabek wajib diselenggarakan sebelum melaksanakan ritual Mandi Safar, sebab etnis Melayu meyakini eksistensi makhluk gaib yang tak tampak oleh mata manusia saat melaksanakan ritual Mandi Safar. “Mereka juga perlu diberi tahu, sebab mereka juga makhluk hidup yang ada di kehidupan kita sehari-hari, Namun, kita hanya berbeda alam saja. Tujuannya, tak lain agar mereka tahu dan mengerti, bahwa sedang ada kegiatan upacara ritual Mandi Safar, sehingga ritual Mandi Safar dapat berjalan lancar tanpa ada gangguan ataupun hambatan dari hal-hal yang tak diinginkan” Ujarnya.

Identifikasi Ritual Betabek

Pada umumnya, ritual betabek dihadirkan dalam setiap peristiwa yang berkaitan dengan ritual, pertunjukan, dan aktivitas sosial etnis Melayu. Pada dasarnya, prosesi ritual betabek juga dapat dilakukan oleh siapa saja di kehidupan sehari-hari.

Namun, terdapat perbedaan antara ritual betabek yang dilakukan oleh perorangan saat berada di perjalanan atau ketika mengunjungi tempat baru. Ada pula upacara yang dilakukan oleh orang-orang pilihan yang mengerti adat istiadat dan ditentukan berdasarkan kesepakatan masyarakat setempat.

Antropolog Koentjaraningrat mengatakan bahwa ada beberapa komponen yang dapat diamati ketika melihat peristiwa sosial maupun upacara adat, yaitu waktu, tempat, peralatan upacara, dan orang-orang yang melaksanakan upacara. Misalnya, pada seni pertunjukan joget dangkong. Biasanya, sebelum pertunjukan dimulai, dilaksanakan terlebih dahulu ritual betabek.

Joget dangkong merupakan penamaan suatu jenis alat musik Melayu, yaitu gendang, gong, dan viul. Musik ini berfungsi untuk mengiringi para penari wanita yang berjoget dangkong bersama para penonton saat pertunjukan berlangsung.

Ritual betabek digelar sebelum seni pertunjukan dangkong dimulai. Biasanya, panitia berasal dari masyarakat setempat dan dilaksanakan di lokasi pertunjukan yang ada di setiap kampung etnis Melayu. RT dan RW setempat juga ikut membantu untuk menentukan lokasi pertunjukan dan seringkali dilaksanakan di tanah lapang suatu kampung. Sedangkan waktu pelaksanaannya, bergantung pada kesepakatan pemusik dengan masyarakat setempat. Lapangan sepak bola atau tanah lapang di suatu kampung yang berbentuk persegi empat, menjadi pilihan utama di setiap seni pertunjukan dangkong.

Untuk memandu ritual betabek, ditentukan seorang pawang yang mengerti tata cara pelaksanaan ritual betabek. Pawang bertugas membacakan doa sebelum pertunjukan berlangsung. Tujuannya, tak lain agar pertunjukan berjalan lancar hingga akhir.

Sebelum ritual dilaksanakan, pawang terlebih dahulu mempersiapkan beberapa perlengkapan, seperti bunga tujuh rupa, beras, kunyit, dan kayu gaharu. Semua benda itu diletakkan di sebuah nampan, kemudian pawang akan membawa semua benda yang ada di atas nampan dan berjalan mengelilingi setiap sudut lapangan sembari membacakan doa. Usai melaksanakan ritual itu, ia memberi tahu teman-teman panitia dan musisi untuk segera memulai kesenian dangkong.

Pawang juga dapat berasal dari orang-orang seni pertunjukan yang mengerti. Tak heran, seorang pawang juga seorang musisi atau penari yang merupakan bagian dari kelompok seni atau orang-orang tua yang mengerti tentang adat istiadat Melayu setempat.

Sama halnya dengan betabek pada ritual Mandi Safar di Kampung Terih Nongsa Batam. Ritual betabek dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB, tepat sebelum ritual Mandi Safar. Biasanya, seorang pemimpin dihadirkan dengan sapaan akrab "Imam" yang mengerti prosesi upacara betabek pada ritual Mandi Safar  di Kampung Terih Nongsa Batam.

Persiapan Imam Seno saat ingin melaksanakan upacara ritual betabek meliputi nampan berisi pasir, arang, dan kertas kecil yang bertuliskan huruf Arab. Ia pun membacakan doa kepada Allah SWT di depan nampan yang di bawahnya telah disimpan drum yang berisi air bersih. Tujuannya, agar mendapatkan ridho serta keberkahan dari Sang Khalik.

Seorang Imam Memimpin Ritual Mandi Safar/ Rivaldi Ihsan

Selanjutnya, Iman Seno pergi menuju pelantar papan tepi pantai Terih  dan berjalan sekitar 200 meter ke arah tengah laut. Di ujung pelantar, ia mengangkat kedua tangannya sembari berdoa kepada Allah SWT. Usai berdoa, ia menyajikan sebatang rokok ke laut sebagai persembahan bagi makhluk yang ada di laut.

Usai dari pelantar, ia menuju ke belakang panggung tempat pertunjukkan musik berlangsung, tepatnya di pohon-pohon bakau. Ia meletakkan sebatang rokok, kemudian mengangkat kedua tangannya, berdoa kepada Allah SWT agar ritual Mandi Safar berjalan lancar tanpa ada suatu hambatan.

Usai melaksanakan ritual betabek, Imam segera menuju ke tanah lapang, lokasi dilangsungkannya ritual Mandi Safar. Sedangkan panitia lainnya bersiap melaksanakan ritual Mandi Safar.

Jika ditarik benang merahnya, ritual betabek bermaksud mendoakan keselamatan masyarakat etnis Melayu, agar terhindar dari marabahaya dan gangguan-gangguan yang berasal dari makhluk gaib. Sebagai media komunikasi, ritual betabek berfungsi untuk memberitahukan seluruh makhluk ciptaan Tuhan, bahwa sebuah peristiwa sedang berlangsung, baik aktivitas sosial, perorangan, maupun upacara adat.

Penyunting: Nadya Gadzali