Etnis.id - Istilah manajemen seni, jarang terdengar. Kalau pun terdengar, biasanya hanya di kalangan praktisi dan akademisi seni. Selain itu, ilmu pengetahuan manajemen seni/tata kelola seni juga, punya mata kuliah sendiri di kampus seni.
Singkatnya, tulisan ini ingin berbagi cerita apa itu manajemen seni, serta apa manfaat dari manajemen seni. Berbicara ihwal manajemen seni, dari dulu hingga saat ini, telah terbagi menjadi dua bagian.
Pertama, manajemen seni modern atau manajemen bekerja secara profesional, terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, humas, stage manajer, perlengkapan, soundman dan lainnya.
Melalui kerja dari mereka, terbentuk profesionalitas seorang seniman dalam berkesenian, seperti kontrak pertunjukan atau pameran di atas kertas hitam putih yang meliputi jadwal latihan, jadwal pementasan, jadwal pertunjukan dan pembagian keuntungan dari event tersebut.
Kedua, manajemen seni tradisional. Pengertian manajemen tradisional ialah gagasan atau benda-benda yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara teratur, mengikuti norma-norma dalam masyarakat setempat (Takari, 2008:74).
Manajemen tradisional itu bersifat kekeluargaan dan gotong royong pada pelaksanaannya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pertunjukan atau pameran seni, biasanya langsung berkaitan dengan senimannya secara langsung.
Misalnya, kita mengambil contoh studi kasus, pada kelompok musik Orkes Melayu Pancaran Senja/OMPS Kampung Melayu Batu Besar Batam. Saya pahami, sebab saya meneliti kelompok musik mereka.
Organisasi OMPS bersifat kekeluargaan
Maksudnya, segala sesuatu masih dilakukan secara musyawarah mufakat, baik dalam hal latihan atau pertunjukan musik. Sehingga pemusik cenderung memiliki sikap fleksibel kapan pun dan di mana pun, siap untuk pementasan.
Semuanya tergantung pemimpin OMPS, Rahman. Kepemimpinan Rahman dalam OMPS, bersifat fleksibel dan santai. Hal ini dilihat dari sikap Rahman yang tidak memaksakan kehendaknya saat bersama kelompok musik OMPS.
Misal, apabila ada pemusik OMPS tidak dapat hadir pada saat latihan, ia memakluminya. Siapa saja boleh hadir dan tidak hadir, apabila ada halangan pada saat latihan. Terkecuali sudah ada kesepakatan dari jauh-jauh hari akan pertunjukan musik dalam waktu dekat, maka pemusik berkewajiban mematuhi kesepakatan bersama itu.
Kelebihan Rahman sebagai pemimpin
Rahman seorang pendiri OMPS sekaligus pemilik panggung pertunjukan musik yang berada di Pantai Melayu Batu Besar. Ia merupakan sosok pemusik yang multi talenta, dapat memainkan semua jenis instrumen musik Melayu Pesisir.
Rahman juga disegani dan dihormati dari segi pengalaman permainan musikal Melayu-nya. Selain itu, pengalaman bermusik dan jam terbangnya tak terhitung lagi. Ia menekuni musik sejak kecil, hingga usianya tujuhpuluhlima tahun.
Dari itu, Rahman dipercaya untuk mengatur jadwal latihan dan pertunjukan kelompok musik OMPS. Soal gaya kepemimpinan, Rahman bisa
dikatakan terbuka menjalin komunikasi dua arah dengan pemusik lainnya.
Rahman suka berdiskusi bersama teman pemusik OMPS. Bisa tentang tema kehidupan, keluarga dan seputar musik Melayu Pesisir. Sikap kepemimpinan Rahman juga tergambar pada kejujuran Rahman saat pembagian honorarium OMPS.
Rahman juga tidak mau mengambil keuntungan lebih besar di kelompok musik itu, walau beliau seorang pemimpin OMPS. Rahman selalu menjaga hubungan kekeluargaan, agar para pemusik merasa nyaman, senang dan puas pada saat berlatih atau manggung.
Pembagian tugas pemusik belum spesifik
Pembagian tugas OMPS masih bersifat fleksibel. Segala sesuatu yang berhubungan dengan instrumen musik, kru panggung dan sound system, dirangkap oleh pemusik OMPS.
Selain itu, setiap pertunjukan, OMPS selalu membawa sound system dan instrumen musik pribadi. Setiap pemusik juga dapat bergantian memainkan instrumen musik selama latihan atau pun selama pertunjukan musik.
Perekrutan pemusik OMPS secara terbuka
Rata-rata pemusik OMPS adalah masyarakat Kampung Melayu Batu Besar dan orang-orang Melayu dari berbagai daerah yang berada di Kota Batam. Rahman beserta OMPS, selalu menerima tamu siapa saja yang berkunjung ke rumahnya.
Apabila yang berkunjung seorang pemusik, maka ia akan diajak bermain musik bersama di teras rumah sebagai tempat latihan OMPS di Kampung Melayu. Selain itu, OMPS juga sering melakukan pertunjukan musik di Pantai Melayu Batu Besar Nongsa.
Selama pertunjukan berlangsung, jika ada penonton yang tertarik untuk bermusik bersama OMPS, maka ia bisa mendekat dan bergabung bermain musik. Apabila usai pertunjukan dan orang itu tertarik untuk bergabung dengan OMPS, ia bisa memperkenalkan diri kepada Rahman.
Begitu juga dengan Rahman, ia akan bertanya kembali kepada orang baru itu seputar pengalaman bermusiknya, dan biasanya memainkan alat-alat musik Melayu apa saja. Jika orang itu pandai bermain musik Melayu, maka Rahman mengajak orang itu untuk bergabung pada saat latihan atau pun pertunjukan OMPS selanjutnya.
Bemusik bukan profesi utama OMPS
Para pemusik OMPS memiliki pekerjaan tetap untuk memenuhi kebutuhan keluarga masing-masing. Seperti Naim, seorang gitaris yang juga bekerja sebagai nelayan. Zulkarnaen seorang pemain akordion, bekerja sebagai penjaga sekolah.
Anwar seorang vokalis, bekerja sebagai buruh pabrik. Rahman seorang pemain viola, gambus, akordian, merangkap sebagai pimpinan OMPS sekaligus pemilik Pantai Melayu dan Zairi pegawai di media massa di Batam.
Seandainya ada pementasan OMPS pada waktu jam kerja, maka Rahman berdiskusi terlebih dahulu bersama pemusik OMPS. Apabila sesuai dengan honorarium pemusik saat jam kerjanya, maka pemusik yang berbenturan dengan jam kerjanya akan segera meminta izin kepada atasannya pada hari pementasan itu.
Nominal harga untuk satu kali pementasan Orkes Melayu Pancaran Senja adalah tiga sampai lima juta rupiah, termasuk transportasi dan penyewaan sound system.
OMPS berpromosi saat pertunjukan musik berlangsung
Promosi OMPS dilakukan secara lisan dari mulut ke mulut masyarakat Batam, tanpa melalui seorang marketing atau pun seorang manajer. Promosi nama kelompok musik OMPS dilakukan oleh sang vokalis ketika saat pertunjukan musik berlangsung di pantai Melayu Batu Besar.
Dari uraian di atas, manajemen tradisional itu bersifat akrab, terbuka, cair, santai, fleksibel dan tidak kaku. Orientasinya hanya untuk berkesenian, mengekpresikan bakat seninya, menghibur diri dan menghibur orang lain serta mendapatkan honor sewajarnya. Selain itu, unsur-unsur nilai-nilai kekeluargaan, musyawarah, dan gotong royong masih terus dipertahankan oleh OMPS.
Editor: Almaliki