Etnis.id - Menyambangi suatu tempat, tak afdal kalau tidak ikut mempelajari makananya. Seperti lemper. Penganan ini punya banyak arti dalam masyarakat Jawa khususnya Bantul, Yogyakarta.

Di Jawa, lemper bukan hanya pengganjal perut. Dia menjadi salah satu sajian wajib ritual Rebo Pungkasan. Kenapa lemper yang dipilih? Apa nilai lebih makanan yang dibungkus daun pisang ini?

Lemper tak lain adalah penganan berbahan dasar ketan rebus yang punya isian daging sapi cincang atau ayam cincang. Setelah itu lemper dibungkus dengan menggunakan daun pisang.

Dalam beberapa acara penting di Jawa, lemper tidak pernah absen menemani keseruan hajatan tersebut. Orang Jawa memilih lemper bukan karena cuma rasanya yang enak, ada simbol ajaran leluhur dalam sebungkus lemper.

Lemper ternyata memiliki arti mengajarkan pentingnya sikap kerendahhatian. Kata lemper merupakan singkatan dari bahasa Jawa, “Yen dielem atimu ojo memper”. Artinya, “Saat kamu dipuji orang lain, jangan sombong atau membanggakan diri”.

Bukan hanya mengajarkan sikap kerendahatian saja. Makanan yang terbuat dari beras ketan ini, hadir dengan tekstur lengket. Apakah ini hanya merupakan lekatan dari beras ketan saja. Nyatanya bukan.

Leluhur memberi ajaran yang mulia lewat lengketnya lemper yang dimaknai cerminan dari rasa persaudaraan antarasesama manusia. Tak hanya itu, ada petuah mulia yang tersirat lagi.

Bahan utama berupa beras ketan, memang sengaja dipilih karena memiliki makna tersendiri. Ketan bisa juga dipanjangkan namanya menjadi “Ngraketaken paseduluran”, yang berarti merekatkan persaudaraan.

Jika melihat arti dari makanan ini, tidak mengherankan manakala dia kerap dihadirkan dalam berbagai acara-acara penting orang Jawa. Khususnya saat menjadi sajian utama tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat di daerah Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta: Rebo Pungkasan.

Rebo Pungkasan dilaksanakan setiap hari Rabu terakhir pada bulan Safar dan dimulai dari halaman masjid di Dusun Karanganom. Dalam upacara tersebut, lemper raksasa menjadi sajian utama di samping gunungan hasil bumi serta prajurit Kraton Yogyakarta.

Sebelum ritus dimulai, dipanjatkan dulu doa-doa. Setelahnya, lemper diarak menuju Balai Desa Wonokromo. Sesampainya di sana, gunungan hasil bumi dan lemper, akan dibagikan gratis kepada pengunjung.

Kenapa harus ada upacara Rebo Pungkasan? Kenapa juga lemper menjadi sajian utamanya? Setelah saya telusuri, upacara Rebo Pungkasan ini juga kaya akan nasihat.

Ada empat nasihat. Pertama, Rebo Pungkasan menjadi salah satu sarana manusia untuk mengungkapkan rasa syukur atas limpahan rezeki. Kedua, merupakan cara manusia untuk meminta berkah dan juga keselamatan kepada Tuhan.

Ketiga, metode memohon kepada Tuhan supaya kelak mereka mendapatkan rezeki yang melimpah serta terhindar dari segala mara bahaya. Keempat, merupakan salah satu wujud penghormatan untuk leluhur.

Jika kita amati secara keseluruhan, makanan satu ini dibagi dalam tiga bagian berupa daun pisang, nasi ketan serta daging cincang. Tiap-tiap bagian hadir dengan petuah masing-masing.

Kehadiran dua tusuk bambunya merupakan simbol dari rukun Islam serta rukun iman. Daun pisang yang digunakan sebagai pembungkus juga memiliki arti yaitu merupakan lambang hal yang tidak baik atau sifat buruk.

Saat akan menikmati lemper, maka seorang harus membukanya terlebih dahulu. Bayangkan kalau tidak dibuka bungkusnya, rasanya bagaimana? Ini merupakan sebuah cerimanan, manakala seseorang ingin memperoleh kemuliaan dalam hidup, maka harus senantiasa membersihkan diri, membuang hal yang tidak baik.

Kita diajarkan untuk senantiasa menjaga tali persaudaraan. Selain itu, sebagai manusia kita harus bisa membuang sifat-sifat buruk. Untuk itulah lemper menjadi salah satu sajian utama dalam Rebo Pungkasan. Jadi jangan hanya menikmati lezatnya saja, mari bersama-sama mengamalkan petuahnya!

Editor: Almaliki