Pada hari Sabtu tanggal 2 Oktober 2021, Komunitas Barapan Ayam Samawa Sumbawa Besar Nusa Tenggara Barat tengah melaksanakan event pertandingan balapan ayam. Berlokasi di lapangan sepak bola Olat Rawa Kecamatan Moyo Hilir Sumbawa Besar Nusa Tenggara Barat, balapan ayam berhadiah utama 1 ekor sapi dan dua unit mesin cuci. Tak heran, tinggi sekali minat masyarakat Samawa untuk berpartisipasi dalam perlombaan yang seringkali berpindah-pindah lokasi di desa daerah Sumbawa Besar ini.

Ketika saya mendapat informasi dari status media sosial teman saya, seorang pegiat budaya Sumbawa, saya pun langsung merespon dan bertemu di lokasi perlombaan barapan atau balapan ayam.

Sungguh cuaca pada hari itu begitu terik dan membuat tubuh kegerahan, namun semangat para peserta dan penonton tak berkurang sedikit pun. Dibuktikan dengan ramainya para peserta, pengunjung, dan pedagang jajanan yang berpartisipasi untuk memeriahkan perlombaan.

Saya pun berangkat menuju lokasi perlombaan balapan ayam pada pukul 09.00 WIT bersama seorang teman mahasiswa prodi seni musik IISBUD SAREA bernama Bayu. Saat kami tiba di lokasi perlombaan, satu per satu pengunjung dari berbagai desa yang ada di Sumbawa mulai berdatangan, baik berkendara dengan roda empat atau pun roda dua. Sebagian dari mereka adalah peserta yang membawa ayam kampung jantan jagoan yang akan dipertandingkan pada hari itu, sebagian lagi adalah orang-orang yang ingin menikmati keseruan balapan ayam siang ini.

Seorang pembawa acara membuka perlombaan balapan ayam menggunakan pengeras suara dan menyapa dengan bahasa etnis Samawa Sumbawa Besar. Inti dari ucapan pembawa acara itu ialah bercerita bahwa pertandingan balapan ayam ini bukan hanya sekadar perlombaan, melainkan peran dari komunitas resmi yang berkerja sama dengan pemerintah daerah dan pemerintah desa, sehingga acara ini dapat berlangsung. Perlombaan ini adalah bagian dari upaya melestarikan tradisi balapan ayam yang ada di Sumbawa Besar.

Tampak sebelum acara dimulai, para joki dan ayam jago sudah mulai berlatih di arena lintasan pertandingan kurang lebih berukuran 24 meter. Teriakan suara joki melatih ayam di terik matahari sangat keras sekali, tak heran perpaduan teriakan suara sang joki dan suara ayam menjadi ciri khas perlombaan balapan ayam.

Ayam jago dan jokinya/Rivaldi Ihsan

Sementara itu, beberapa panitia sibuk menerima pendaftaran peserta lomba siang ini sembari menyapa para penonton. Tepat pukul 10.00 WIT, pembawa acara memanggil satu persatu perserta lomba dengan memanggil nama-nama ayam yang akan dipertandingkan, seperti mega star, bintang laut, dan lain sebagainya. Penamaan nama-nama ayam merupakan harapan si pemilik ayam agar menjadi juara dalam setiap laga balapan ayam.

Tak lupa, panitia juga menyebutkan kategori kelas-kelas pertandingan. Ayam yang mengikuti perlombaan bukanlah ayam sembarangan. Setiap ayam yang mengikuti perlombaan ialah ayam dengan kelas yang sudah ditentukan oleh panitia. Ayam-ayam kampung ini sudah dikategorikan dari kelas 1 sampai kelas 6 oleh pihak panitia yang ahli di bidang ini. Sedangkan penentuan kelas dibedakan berdasarkan berat dan besar atau kecilnya ukuran ayam.

Perlombaan balapan ayam digelar di tanah lapang, seperti lapangan sepak bola yang dikelilingi oleh jaring-jaring persegi empat sebagai pembatas arena pertandingan. “Biasanya ayam kampung jantan yang unggul mempunyai jengger merah dan besar. Kaki ramping dan runcing akan menentukan seberapa cepat ayam melintasi arena balapan", ujar Rasyid, salah seorang peserta balapan ayam.

Perlombaan Barapan Ayam digelar di lapangan sepak bola yang dikelilingi jaring-jaring/Rivaldi Ihsan

Biasanya, ayam yang diikutkan dalam perlombaan terdiri dari dua ekor yang disambungkan dengan noga atau sebatang rotan sepanjang 50 hingga 80 cm yang diikat dengan jambo. Jambo ialah tali terbuat dari kain yang melingkari tubuh ayam, mulai dari punggung hingga dada. Kedua ujung noga diikatkan bersama jambo pada kedua ayam barapan. Tujuannya tak lain agar ayam mampu berlari secara beriringan mencapai saka. Saka ialah sebuah kayu yang berdiri tegak sebagai penanda garis finish yang menentukan kemenangan barapan ayam yang tingginya 20 hingga 30 cm.

Apabila dua ekor ayam berlari bersamaan, lalu pada bagian tengah noga mengenai saka, maka ayam itu dapat dikatakan sebagai pemenang. Selain saka, ada pula lutar yang terbuat dari rotan, ujungnya bercabang tiga sampai lima, berfungsi sebagai alat pemukul birit ayam yang digunakan oleh seorang joki.

Pertunjukan Budaya Barapan Ayam

Pertunjukan budaya barapan ayam sudah lama ada dan menjadi bagian dari tradisi kehidupan sehari-hari masyarakat etnis Samawa. Hal ini tertampak dari antusiasme warga pada perlombaan balapan ayam. Bahkan, ayam yang memenangkan lomba harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Richard Schechner membagi tiga bagian struktur dasar dalam setiap pertunjukan budaya. Bagian pertama ialah persiapan, kedua ialah pertunjukan, ketiga ialah aftermath atau evaluasi (Schechner, 2004: XVII).

Dalam pelaksaan perlombaan barapan ayam, pertunjukan di bagi ke dalam tiga tahapan. Pertama, persiapan setiap individu yang mengikuti perlombaan balapan ayam mempersiapkan ayam-ayam jagoannya untuk diperlombakan. Persiapan meliputi pemilihan dan perawatan ayam sejak dini oleh seorang joki agar mendapat kecocokan di antara ayam balapan dan jokinya. Selain itu, seorang joki juga harus rajin memberi makan beras merah setiap pagi, begitu pula dengan buah tomat, dan berlatih lomba lari setiap hari.

Kedua adalah pertunjukan. Setiap pemilik ayam yang sudah dilatih oleh joki, menunjukkan kehebatan ayamnya dalam berlari. Pada pertunjukan ini, terjadi riuh interaksi antara joki, penonton, dan panitia. Seruan seorang joki, suara ayam, panitia, dan pekik penonton menjadi satu kesatuan untuk memberi dukungan kepada setiap ayam yang mereka jagokan.

Ketiga, aftermath atau evaluasi. Pada tahap evaluasi, pihak penyelenggara mengumumkan peserta juara barapan di hari pelaksanaan. Usai pengumuman, berakhirlah perlombaan barapan ayam. Pada tahap evaluasi biasanya pihak panitia melakukan diskusi hingga mencapai mufakat, baik secara teknis perlombaan maupun konsep perlombaan agar menentukan keputusan yang adil.

Fungsi dari barapan ayam adalah sebagai saran ekpresi diri untuk menyalurkan hobi barapan ayam. Apabila ayam itu sering diikutsertakan dalam barapan dan menjadi juara, maka harga jual ayam itu bisa mencapai puluhan juta rupiah dan menjadi kebanggaan. Pemilik ayam semakin dikenal di kalangan pecinta barapan ayam. Selain itu, fungsi dari barapan ayam juga sebagai sarana silaturahmi di antara sesama pecinta balapan ayam yang pada awalnya tidak saling kenal menjadi kenal, bahkan menjadi keluarga.

Penyunting: Nadya Gadzali