Mungkin masih ada yang belum tahu, bahwa Lampung memiliki kerajaan yang sampai sekarang masih aktif berjalan. Meskipun tidak seperti Yogyakarta yang masyhur dengan kesultanannya, uniknya, Lampung memiliki empat Raja sekaligus.

Perkenalkan, Sekala Brak yang dipercaya sebagai asal muasal orang Lampung. Kerajaan Sekala Brak telah berdiri selama 13 abad dan dipimpin oleh seorang Ratu, Umpu Sekekhummong atau yang bergelar Ratu Sekerumong. Ratu ini memimpin sebuah suku yang diberi nama suku “Tumi” yang diyakini sebagai leluhur masyarakat asli Lampung.

Suku Tumi masih menganut ajaran nenek moyang sebelum bersentuhan dengan agama Hindu. Ajaran nenek moyang itulah yang membuat mereka memercayai sebuah pohon bernama Belasa Kepampang. Pohon yang sangat disucikan oleh orang-orang suku Tumi. Pohon Belasa Kepampang memiliki dua cabang, yaitu cabang nangka dan cabang sebukau, kedua-duanya mengandung getah.

Jika terkena getah cabang sebukau, orang dapat terkena penyakit kulit dan akan berbahaya jika dibiarkan begitu saja. Hanya ada satu obat yang dapat menyembuhkan penyakit kulit ini, yakni getah dari cabang nangka. Adanya dua cabang dengan dua getah yang bertolak belakang dalam satu pohon, membuat Belasa Kepampang dikeramatkan oleh masyarakat setempat.

Pada tahun 16 Masehi, Sekala Brak kedatangan rombongan tamu yang tak diundang, mereka adalah empat pangeran Kerajaan Pagaruyung, lengkap dengan pasukan dan pengikutnya. Pagaruyung adalah salah satu kerajaan Islam yang berpusat di Batusangkar, Sumatera Barat. Kerajaan ini bermaksud memasukan ajaran Islam. Namun, ketika itu Ratu Sekerumong bertahan sekuat tenaga untuk mempertahkan kerajaan dan ajarannya. Namun, upaya itu sia-sia. Suku Tumi tumbang dan bergulirlah era baru di bumi Lampung.

Setelah berhasil mengalahkan Ratu Sekerumong, wilayah Lampung terpecah menjadi empat bagian. Masing-masing wilayah dipimpin oleh empat pangeran Pagaruyung: Pak Lang, Inder Gajah, Sikin dan Beluguh. Keempat pemimpin ini menyandang gelar Umpu Bejalan Di Way, Umpu Beluguh, Umpu Nyerupa dan Umpu Pernong.

Masing-masing Kepaksian memimpin wilayah, rakyat dan adat-istiadatnya sendiri. Uniknya, mereka memiliki kedudukan yang sama. Keempat umpu ini tersebar di setiap penjuru kota dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai. Para Umpu inilah yang berjasa dalam mengajarkan ajaran Islam di daerah masing-masing.

Belasa Kepampang yang sebelumnya sangat disakralkan oleh bangsa Tumi ditebang, kayu dan pohonnya kemudian digunakan untuk membuat singgasana atau yang sering disebut Pepadun oleh masyarakat Lampung.

Pepadun atau yang dikenal dengan istilah Begawi Cakak Pepadun ialah perhelatan adat masyarakat Lampung untuk memberikan gelar adat kepada seseorang berdasarkan kesepakatan yang terjadi di antara empat Kepaksian Sekala Brak. Pepadun ini disimpan dan masih ada hingga saat ini. Peradaban Sekala Brak berkembang pesat di bawah kendali empat Kepaksian. Banyak kemajuan yang mereka berikan untuk daerah Lampung, Sekala Brak disebut-sebut pernah menjalin relasi dagang dengan kerjaan-kerajaan lain di Nusantara, bahkan dengan India dan Cina.

Kerajaan Sekala Brak terletak di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau (sekarang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Lampung Barat). Sekala Brak memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat Lampung. Sampai saat ini, peninggalan sejarah yang ditinggalkan oleh suku Tumi masih tersimpan rapi di beberapa daerah, khususnya di Lampung Barat.

Lampung yang masih sangat lekat dengan budaya, dapat dibuktikan dengan masih berlakunya hierarki adat, mulai dari yang tertinggi sampai yang terrendah. Suntan, Raja, Batin, Radin, Minak, Kemas dan Mas ini adalah Petutughan atau panggilan dalam masyarakat adat Lampung yang berlaku hingga saat ini.

Dalam garis keturunan dan peraturan adat, tidak terdapat kemungkinan untuk membeli pangkat atau adat. Dengan kata lain, orang-orang yang memiliki gelar adat di Lampung adalah orang yang memang memiliki garis keturunan langsung. Daerah Lampung, khususnya Lampung Barat, sampai saat ini masih rutin melaksanakan pagelaran adat. Salah satunya, festival adat Sekala Brak yang selalu diadakan rutin setiap tahunnya. Festival ini menjadi salah satu perhelatan budaya unggulan dari Kabupaten Lampung Barat.

Selain ditujukan untuk melestarikan budaya Lampung, festival ini juga menjadi ajang promo potensi pariwisata yang dimiliki setiap kabupaten di Lampung. Biasanya, pameran kebudayaan ini diramaikan oleh karnaval Budaya, atraksi seni tradisional, pameran, dan berbagai lomba lainnya.

Sejak tahun 1990, acara ini tidak pernah dilewatkan oleh Pemerintah Daerah Lampung. Banyak upaya yang masih terus dilakukan oleh pemerintah setempat untuk melestarikan budaya Lampung, agar generasi anak cucu tidak melupakan adat istiadat.

Sedangkan empat Kepaksian, sampai sekarang masih aktif berjalan, meskipun tidak lagi seperti dahulu. Namun, pada pelaksanaan upacara-upacara adat yang digelar saat Festival Adat Sekala Brak, empat keturunan pemimpin Lampung selalu dilibatkan.

Begitu pula dalam pelaksanaan upacara adat di masing-masing daerah yang juga masih mengedepankan keturunan paksi dari pemimpin daerahnya. Masyarakat meyakini bahwa keturunan paksi sangat berjasa bagi bumi Lampung.

Penyunting: Nadya Gadzali