Etnis.id - Gobag Sodor, begitu saya dan teman-teman mengenalnya. Permainan yang sempat menemani waktu kecil saya. Saat kecil, saya tidak pernah terpikir untuk mencari makna dari kedua kata tersebut. Bahkan artinya saja tidak saya ketahui.

Baru-baru ini, saya iseng mencari arti katanya. Menurut Ariani dalam Siagawati disebutkan bahwa kata gobag sodor berasal dari istilah bahasa asing yaitu go back to door.

Di Jawa, istilah tersebut mengalami perubahan idiom, yang pada akhirnya kata tersebut diucapkan “gobag so dor” hingga selanjutnya menjadi kata “gobag sodor”. Sewaktu saya masih kecil, permainan ini memiliki penggemar cukup banyak. Bukan hanya anak-anak saja, melainkan anak remaja juga gemar melakukannya.

Halaman rumah tetangga yang berukuran luas menjadi tempat kami beradu strategi. Tidak memerlukan izin khusus, malahan para tetangga sangat senang jika halaman rumahnya digunakan untuk bermain. Katanya menambah hiburan.

Halaman yang luas tersebut kemudian kami atur sesuai dengan ketentuan permainan. Kami akan menarik garis dengan panjang 10 meter dan lebar kurang lebih 5 meter.

Tiap-tiap 2,5 meter akan ditarik garis lurus berbentuk vertikal dan juga horizontal. Hingga terbentuk 8 bujur sangkar dengan ukuran sama besar dan saling berimpitan satu sama lain.

Kemudian akan ada 4 bujur sangkar di bagian atas dan 4 bujur sangkar lagi tepat di bawahnya. Satu tim akan berada di bagian garis atas dan satunya lagi akan berada di bagian garis bawah.

Selain tempat yang luas, kami juga menyiapkan beberapa properti untuk bermain. Tali rafia, kapur atau air menjadi properti yang wajib ada. Setelah arena permainan terbentuk, kemudian kami membagi anggota dalam dua tim. Satu tim biasanya terdiri atas empat anggota. Pembagian tim dilakukan dengan cara hompimpa. Setelah itu, kami langsung merapat ke tim masing-masing.

Inilah cara pembagian yang adil menurut versi kami pada waktu itu. Meskipun terkadang proporsinya kurang sesuai. Kadang ada satu tim yang diisi oleh anggota yang kurang tangkas dalam bermain.

Meski demikian, tetap tidak ada masalah. Toh tujuan kita bermain untuk senang-senang dan mendapatkan teman banyak. Segera permainan dimulai. Akan ada anggota grup yang bertugas menjaga lapangan. Pihak “jaga” kami menyebutnya.

Mereka akan menjaga garis batas horizontal serta garis batas vertikal. Si penjaga garis horizontal akan bertugas untuk menghalangi lawan yang sedang berusaha melewati garis batas horizontal. Sedangkan si penjaga garis vertikal memiliki tugas untuk melakukan penjaga garis batas vertikal. Sodor begitu kami menyebutnya. Dirinya memiliki akses untuk menjaga seluruh garis batas vertikal yang berada di tengah lapangan.

Di sisi lain, akan ada tim yang menjadi “lawan”. Pihak inilah yang harus berusaha supaya bisa melewati batas garis sampai bagian paling belakang dan kemudian kembali lagi untuk melewati penjagaan lawan supaya bisa sampai ke baris paling awal.

Di sinilah ketangkasan diuji. Pihak jaga harus bisa dengan sigap menjaga agar tim lawan tidak berhasil mencapai garis finish. Sebaliknya, pihak lawan juga harus berusaha keras supaya tidak tersentuh oleh pihak “jaga” dan bisa memasuki garis finish dengan syarat tidak ada anggota yang masih berada di wilayah “start”.

Dengan ini tim “lawan” akan menang. Tim “lawan” dikatakan kalah manakala ada salah satu anggota yang tersentuh tim “jaga” atau keluar melewati garis yang ditentukan.

Selain mengajarkan ketangkasan serta strategi mencapai kemenangan, permainan gobag sodor ini juga sarat akan nilai-nilai karakter. Pertama, nilai kejujuran.

Nilai kejujuran muncul melalui penghayatan langsung dari pengalaman bermainnya. Secara tidak langsung, anak akan diajarkan untuk bisa jujur dalam bermain. Saat dirinya sedang berada dalam kelompok bermain, ia harus mengakui manakala tersentuh lawan atau melewati batas.

Sebaliknya, saat sedang menjaga batas garis, tidak boleh berbuat curang, yaitu dengan tidak keluar dari garis penjagaan. Yang kedua, anak-anak akan diajarkan nilai sportifitas, yaitu melalui pembiasaan mengikuti peraturan yang ada di dalam permainan gobag sodor.

Jika anak terbiasa bermain sportif, maka ia akan memiliki sportivitas dengan sendirinya. Yang ketiga, anak-anak juga diajarkan untuk bekerja sama. Nilai kerja sama bisa diambil dari anggota tim yang sedang berjaga maupun anggota tim yang sedang bermain.

Saat sedang berjaga, anggota tim harus bisa bekerja sama dan berusaha semaksimal mungkin supaya lawan tidak bisa melintasi garis. Sebaliknya, jika menjadi anggota tim yang sedang bermain, maka harus bisa berusaha semaksimal mungkin supaya bisa melewati garis batas dan mencapai rute bolak-balik.

Yang pada akhirnya mengantarkan tim menjadi pemenang. Yang keempat, melalui permainan gobag sodor, anak-anak akan diajarkan untuk mengatur strategi supaya bisa menerobos garis penjagaan lawan, melihat situasi serta kondisi, mengecoh lawan bermain serta memikirkan supaya bisa mencapai kemenangan tanpa tersentuh penjaga garis.

Dengan strategi yang bagus, tidak menutup kemungkinan tim akan bisa meraih kemenangan dengan mudah. Dan yang kelima, anak-anak juga akan diajarkan nilai kepemimpinan. Nilai ini sangat diperlukan supaya bisa mengatur anggotanya.

Anak yang lebih tua atau yang sudah memiliki skill mumpuni, biasanya didaulat menjadi pempimpin untuk memberikan contoh kepada anggotanya. Secara tidak langsung, anggota lainnya juga akan memiliki jiwa kepemimpinan seperti yang diajarkannya. Seru sekali.

Meskipun terkadang saya merasa kesal karena kalah bermain, namun tetap, pertemanan dengan teman-teman sewaktu kecil tidak pernah bermasalah hanya karena kalah permainan. Sayangnya, permainan ini sudah jarang bahkan hampir tidak saya temukan lagi.

Editor: Almaliki