Batik adalah nama lain dari kehidupan. Kekayaan batik nusantara merepresentasikan manusia Indonesia menjadi kreasi seni yang adiluhung. Batik mampu menunjukkan bahwa masyarakat di nusantara menjunjung tinggi nilai sopan santun yang menyimpan suatu kepribadian sebagai ciri khas masyarakatnya.

Batik seolah mengharuskan sang pemakai untuk senantiasa berhati-hati dalam melangkah, anggun dan berirama. Dari segi corak dan matra senantiasa melambangkan keselarasan dalam kehidupan. Dalam khasanah budaya Indonesia batik adalah salah satu bentuk seni kuno yang memiliki nilai mutu tinggi.

Batik berasal dari kata Bahasa Jawa yaitu amba atau menulis dan titik yang secara harfiah berarti menulis dengan titik. Budaya membatik merupakan suatu adat istiadat turun temurun sehingga suatu motif batik dapat dikenali asalnya dari motif yang tertera.  

Lalu bagaimana jadinya manakala sebuah makanan pecel diimplementasikan secara pointilisme, menjadi lembaran kain bermotif batik nan indah menawan hati. Kian mempesona saja kiranya, jika gerak seni pencak silat turut mewarnai mozaik batik.  

Kedua jenis kultur tersebut merupakan aset budaya khas yang dimiliki Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Yang menjadi sebagian motif batik khas yang dimiliki Kabupaten Madiun. Batik tak semata salah satu yang berusaha mencirikan kultur dan identitas sebagai catatan dari sebuah kisah, namun menjelma sebagai ciri Indonesia.

Eksistensinya dapat dilihat dihampir seluruh wilayah Nusantara. Menengok kembali sejarah batik di tanah Jawa, dulunya batik hanya dibuat oleh keluarga kerajaan. Kegiatan membatik oleh putra putri keraton dipandang sebagai kegiatan penuh nilai kerohanian yang memerlukan pemusatan pikiran, kesabaran, dan kebersihan jiwa.

Oleh karenanya, coraknya penuh dengan simbol dan makna tertentu. Kain batik mulanya berkembang di lingkungan keraton. Pola dan ragam hiasnya kental pengaruh Hindu dan Islam. Batik tulis dikenakan sebagai busana raja dan keluarganya, dengan motif seperti kawung, parang, sawat, cemungkiran, alas-alasan.

Motif ini sering disebut sebagai “pola larangan”. Sementara batiknya lebih dikenal dengan batik keraton.  Setelah Perjanjian Giyanti pada 1755, berbagai pola ragam hias berkembang secara terpisah di dua keraton: Yogyakarta dan Surakarta. Masing-masing keraton menampilkan matra keindahan dan gaya berbeda.

Namun, kini batasan strata dan norma sosial terkait penggunaan batik sudah mulai surut. Batik kini telah diwariskan menjadi milik semua masyarakat Indonesia. Sebagai generasi pewaris salah satu kekayaan budaya ini, melestarikan merupakan hal yang mutlak kita lakukan untuk mempertahankan indentitas daerah yang kita miliki.    

Apakah Anda pernah mendengar sebutan Batik Pecelan, Batik Madumongso, Batik Jeruk Nambangan, Batik Keris Retno Dumilah, Batik Seger Arum. Sekilas dari nama yang pertama kita bisa menebak ini adalah batik asal kota Madiun karena memang kota tersebut juga di juluki sebagai kota pecel. Tapi saya tak yakin bahwa Anda tahu persis motif batik khas kota pecel ini.

Nama motif-motif tersebut merupakan cerminan dari hal-hal yang merupakan ikon dan ciri khas dari Kota Madiun. Sri Murniati, pemilik galeri batik di Jalan Halmahera, Kelurahan Oro-Oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, wanita 51 tahun itu yang menciptakan motif Batik Pecelan dan beberapa motif yang kini diakui sebagai Batik khas Madiun.

Batik pecelan tergolong batik yang masih baru. Berawal pada 2010 ketika Sri Murtiani belajar membatik di tempatnya bertugas yaitu Dinas Satpop PP kabupaten Madiun. Ia makin tertarik untuk mendalami ilmu batik hingga ke Solo dan Yogyakarta.

Satu tahun belajar membatik ia termotivasi untuk menciptakan motif batik yang identik mencirikan kota kesayangannya. “Madiun Kota Pecel” dan "Madiun Kampung Pesilat” adalah dua di antara jargon Kota Madiun yang diadaptasi menjadi motif batik.

Kini, Sri Murtiani menjadikan galeri batiknya tak hanya memproduksi batik khas Madiun, tapi juga museum batik di Kota Madiun sebagai tempat wisata budaya sekaligus tempat belajar membatik. Melihat langsung proses pembuatan batik mulai dari awal hingga akhir.

Sebagai upaya mengedukasi pada generasi muda untuk ikut melestarikan warisan budaya yang dimiliki daerahnya. Galeri Batik Murni membuka kunjungan dan pelatihan untuk semua kalangan dari siswa SD, SMA, Mahasiswa, instansi pemerintah dan masyarakat umum.  

Untuk mengikuti pelatihan yang disediakan oleh Galery Batik Murni ini perlu konfirmasi terlebih dahulu sebelumnya. Karena permintaan untuk memberikan pelatihan selalu berdatangan setiap minggunya. Sehingga bisa ditentukan jadwal pelatihannya. Pihaknya mengaku percaya galeri batiknya memiliki prospek yang positif terkait keberagaman identitas kultural, kesadaran budaya, kunjungan wisata serta peningkatan ekonomi untuk pengrajin lain yang sekarang mulai mandiri memproduksi batik di rumah.

Hal itu ditunjang dengan adanya hari Batik Nasional yang diperingati setiap 2 Oktober. Pemkot juga melalui dinas terkait selalu memberikan dampingan sehingga kerajinan batik yang telah digelutinya sejak tahun 2010 tersebut terus berkembang.  Motif batik murni adalah representasi detak kultural masyarakat Madiun bahkan setiap daerah di Indonesia.

Melihat setiap motif batik berarti melihat berbagai makna tentang suatu daerah yang terkandung di dalamnya. Batik menjadi gambaran banyak tentang sejarah perjalanan masyarakat Indonesia. Yang tampak bukanlah apa yang bisa dilihat sekilas mata, namun apa yang terkandung. Dengan pola yang beragam tersebut diekspresikan manusia berupa hasil-hasil kesenian, budaya, simbol, doa, adat istiadat, kultur dan tradisi sebagai media penyampaian dan pemaknaan.  

Akan sangat membanggakan jika dalam gagasan itu dapat dilihat kenyataan bahwa gerak motif batik yang membedakan keragaman keindonesiaan, yang turut andil menjadi bagian dari sebuah ide, gagasan serta tujuan yang mulia dalam memperkenalkan sekaligus memamerkan kain Batik dengan   pelbagai ciri kedaerahan.  

Batik merupakan simbol yang berusaha menceritakan sesuatu melalui kreasi visual. Motif dan corak setiap daerah dapat menjadi wujud yang sama sekali berbeda. Kelokalan bisa jadi kebanggaan, keunikan dan ciri khas. Bahkan tidak mustahil kesenian Batik yang terbentang di penjuru Indonesia memiliki corak sejarah kelokalan yang khas dengan berbagai keunikanya sendiri-sendiri.  

Maka demikian perlu rumus-rumus khusus untuk menyelamatkannya. Sebagai sejarah peristiwa yang tak sekedar terhenti oleh waktu dan akan terus berkelanjutan dalam perjalanan budaya dan kesenian batik di Indonesia. Museum lokal seperti Galery Batik Murni menjadi muara budaya dan kesenian khususnya warisan Batik di kota Madiun, untuk memancing serta mendorong minat masyarakat setempat untuk selalu mencintai kesenian yang ada di daerahnya.  

Di antara beberapa kultur yang dimiliki Kabupaten Madiun sebagian diantaranya telah menjadi motif batik Mediunan, seperti batik pecelan, jeruk nambanga, dongkrek, madumongso dan batik retno dumilah, pencak silat dan sebagainya. Berbagai budaya nusantara sangat menghargai proses dalam kehidupan.

Hal ini tercermin dalam beberapa wujud budaya seperti motif Batik Madiunan. Selain itu batik juga mencerminkan petuah-petuah mulai sejak awal perjalanan manusia yang tercermin dalam berbagai gerak motifnya hingga makna yang ingin menunjukkan kehidupan dinamis manusia dan alam.

Penyunting: Nadya Gadzali