Suku Samawa di Pulau Sumbawa tidak hanya kaya dengan sumber daya alam dan kulinernya, tetapi juga kaya akan tradisi dan adat istiadat yang sudah lama mengakar dalam kehidupan masyarakat Sumbawa. Salah satu tradisi yang sudah mengakar dalam masyarakat Sumbawa adalah tradisi barodak yang dilakukan sebelum pernikahan.
Barodak berarti melulur calon pengantin dengan bedak tradisional Suku Samawa yang bahannya terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Tradisi ini masih dapat dijumpai di wilayah Kabupaten Sumbawa maupun di Kabupaten Sumbawa Barat.
Dewasa ini, walaupun masyarakat di Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat hidup di era modern, namun mereka masih tetap melestarikan dan menjaga tradisi nenek moyangnya.
Hidup di era modern tidak sepenuhnya merubah pola hidup masyarakat Sumbawa, apalagi menghapus tradisi yang sudah dilaksanakan secara turun temurun.
Tradisi barodak salah satunya. Masyarakat Sumbawa menganggap bahwa tradisi ini harus tetap dilakukan dan dilestarikan oleh generasi-generasi selanjutnya.
Bahan-bahan odak atau lulur
Kelestarian alam dan lingkungan memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan masyarakat Sumbawa. Tidak hanya mampu memberikan dampak ekonomi, sumber air, dan udara segar bagi masyarakat, tetapi juga mampu memberikan manfaat untuk daur hidup manusia, yaitu perkawinan.
Bahkan, odakatau lulur yang digunakan untuk melulur calon pengantin oleh Ina Odak sangat tergantung pada terjaganya lingkungan Sumbawa, dikarenakan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat odak atau lulur diperoleh dari alam dan masih sangat mudah ditemui.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat odak sangat lekat dengan kehidupan masyarakat Sumbawa karena dapat dikonsumsi oleh masyarakat sebagai salah satu bumbu masakan dan makanan pokok. Kekayaan Sumbawa juga dapat dijumpai pada bahan-bahan odak lantaran ada perbedaan bahan yang digunakan oleh Ina Odak pada setiap desa, meskipun ada pula kesamaannya.
Bahan-bahan odakdipetik sendiri dan dibuat sendiri oleh Ina Odak karena adanya ritual-ritual yang harus dilakukan oleh Ina Odak sebelum memetik bahan maupun ketika membuat odak. Ritual tersebut dilakukan oleh semua Ina Odak, mengingat perkawinan adalah sesuatu yang sakral dalam kehidupan sehingga harus dilakukan dengan penuh ketelitian dan disertai dengan aspek spiritual.
Adapun bahan-bahan odakyang digunakan oleh Ina Odak antara lain beras, asam jawa yang dibakar, daun inai, dan buah pinang. Terkadang ada pula bahan-bahan yang lain yang dijadikan bahan odak oleh Ina Odak, tetapi beras, asam jawa, buah pinang, dan daun inai menjadi bahan yang mayoritas digunakan oleh Ina Odak.
Bahan odak sangat berarti bagi masyarakat Sumbawa. Bukan sebatas bahan-bahan tanpa makna, setiap bahan dalam odak begitu kaya akan nilai-nilai positif yang bisa dijadikan nasihat bagi calon pengantin, sebab perkawinan adalah ibadah yang sangat lama dalam ajaran agama Islam, sehingga calon pengantin perlu diberikan nasihat agar mampu membina rumah tangga yang harmonis.
Seperti menggunakan daun inai atau pancar untuk memerahkan kuku dan telapak tangan kedua calon pengantin. Bukan hanya sebagai pemulas kuku, tetapi juga memiliki makna yang sangat mendalam, yang berarti calon pengantin harus bekerja dengan maksimal dan memperjuangkan hidup yang lebih baik dari segi ekonomi, kendati harus meneteskan air mata dan darah.
Sebab, keluarga harus dinafkahi, anak harus disekolahkan agar mendapat pendidikan yang layak. Begitu dalamnya makna yang diberikan oleh masyarakat Sumbawa terhadap bahan-bahan odak yang digunakan untuk melulur calon pengantin. Nilai-nilai Islam dimasukkan ke dalam tradisi masyarakat Sumbawa, sehingga akan berdampak baik terhadap pemilik tradisi.
Prosesi Barodak atau Melulur Calon Pengantin
Bahan-bahan Odak yang sudah dibuat menjadi lulur oleh Ina Odak yang dibuat dengan teliti dan disertai aspek spiritual seperti membaca doa-doa tertentu sebelum membuat dan pada proses pembuatan, kemudian digunakan untuk melulur calon pengantin pada hari yang sudah disepakati oleh kedua calon mempelai.
Prosesi barodak atau melulur dalam masyarakat Sumbawa memiliki aturan yang memiliki kesesuaian dengan ajaran Islam, karena masyarakat Sumbawa memiliki falsafah adat yaitu ‘’adat barenti ko syara’ dan syara’ barenti ko kitabullah dan hadis, takit ko nene kangila boat lenge’’. Artinya, adat bersendikan syara’ dan syara’ bersendikan kitabullah, takut kepada Allah dan malu berbuat keburukan.
Prosesi barodak dilakukan sendiri-sendiri di rumah masing-masing calon pengantin. Pasalnya, calon pengantin yang disandingkan pada saat barodak dianggap melanggar falsafah adat yang diwariskan oleh leluhur Sumbawa dan sudah dijadikan pedoman dalam prosesi adat beratus-ratus tahun lamanya, sehingga pelaksanan adat tidak melanggar ajaran agama Islam yang menjadi pedoman hidup masyarakat Sumbawa, sehingga akan berdampak terhadap kemakmuran, keberkahan dan keselamatan masyarakat Sumbawa.
Prosesi Barodak
Prosesi barodakyang dilakukan di rumah kedua calon pengantin dilakukan dengan sangat meriah, tidak hanya dihadiri oleh keluarga pengantin saja, tetapi masyarakat ikut memeriahkan dan membantu prosesi barodak sehingga acara ini menjadi acara yang sangat meriah.
Ketika prosesi barodakatau melulur dimulai, pelulur biasanya berjumlah ganjil dan tidak boleh genap. Pada saat lulur mulai diusapkan pada wajah dan lengan calon pengantin, diiringi pembacaan barzanji dan musik gong genang (musik tradisional) sampai prosesi barodakselesai.
Pembacaan barzanji dan memainkan musik gong genang sudah menjadi tradisi pada pelaksanaan barodakdan sudah menjadi warisan nenek moyang masyarakat Sumbawa. Barodakmemiliki tujuan yang yang baik, seperti meminta keberkahan dan kesalamatan selama prosesi perkawinan.
Setelah semua rentetan acara barodak selesai, rumah calon pengantin dipadati oleh warga, tidak hanya masyarakat kampung calon pengantin, tetapi juga masyarakat kampung sebelah untuk menyaksikan pentas Sakeco hingga menjelang salat subuh.
Sakeco mampu menghipnotis masyarakat sehingga orang-orang rela menyaksikan pentas tersebut hingga menjelang pagi. Biasanya teks-teks yang dilantunkan oleh pelaku Sakeco berupa nasihat, cerita, dan humor.
Tujuan Barodak atau Melulur
Bagi masyarakat Sumbawa, menjaga dan melestarikan adat istiadat nenek moyang tidak semata-mata dilakukan tanpa tujuan atau maksud tertentu. Melainkan adanya nilai-nilai yang terdapat pada tradisi tersebut. Seperti halnya tradisi barodak yang sampai sekarang masih dipegang teguh dan diimplementasikan pada saat pelaksanaan upacara daur hidup masyarakat Sumbawa, seperti menikah, khitan, dan tujuh bulanan.
Sedangkan dalam perkawinan, barodak atau melulur dilakukan dengan tujuan mempercantik kedua calon pengantin, membersihkan kulit calon pengantin sehingga memancarkan cahaya dan terlihat cantik di acara resepsi.
Walaupun sekarang sudah banyak alat kecantikan yang dengan mudah didapatkan di toko-toko kecantikan atau di salon-salon, masyarakat Sumbawa masih tetap menggunakan bahan-bahan tradisional untuk mempercantik calon pengantin, walaupun masyarakat Sumbawa tetap menggunakan alat kecantikan pada saat akad nikah dan resepsi.
Barodak tidak hanya bertujuan untuk mempercantik dan membuat kulit bersih dan bercaya, tetapi juga memiliki makna secara batiniah, yaitu membersihkan jiwa, fikiran, dan niat calon pengantin, sehingga keduanya memiliki niat yang baik sebelum melakukan ijab kabul maupun membangun rumah tangga.
Tujuan barodak memiliki nilai yang sangat luar biasa yang akan berdampak terhadap masyarakat Sumbawa lantaran masyarakat Sumbawa memaknai pernikahan sebagai ibadah yang harus dilandasi niat yang tulus dan dilakukan karena Allah Swt.
Penyunting: Nadya Gadzali