Jakarta, Etnis.id - Di Sulawesi Tengah, ada satu tarian ritual dari suku Kaili yang dipercaya mampu menyembuhkan orang yang sakit. Tentu saja dalam gerik tarian itu, ada mantra yang dirapalkan. Namanya tarian Balia.
Tarian Balia digolongkan sebagai sejenis tarian yang berkaitan dengan kepercayaan animisme. Alasannya, tarian ini dialamatkan untuk memuja benda keramat, khususnya yang berhubungan dengan pengobatan tradisional.
Sakit yang dipercaya bisa disembuhkan dengan tari Balia itu yakni sakit yang dibuat oleh dan atau dipengaruhi roh jahat. Tarian ini juga agak lain dari yang lain, yakni satu prosesinya menginjak bara api.
Tanda ini barangkali yang diselaraskan dengan nama Balia, yang artinya tantang dia (Bali:tantang, ia:dia). Dalam pelbagai literatur, api disimbolkan sebagai elemen yang buruk atau kemarahan.
Makanya, tantang dia yang diartikan secara bebas, bisa ditafsir yakni melawan setan yang telah membawa penyakit. Sebab kemampuan itu, masyarakat setempat menganggap Balia sebagai prajurit kesehatan.
Tari Balia punya tiga jenis, yang pertama ada Balia Bone, Balia Jinja, dan Balia Tampilangi. Balia Bone adalah tingkatan terendah dalam rangkaian upacara.
Balia Bone diperuntukkan bagi masyarakat bawah dengan jenis penyakit ringan. Sementara dalam pelaksanaannya tidak membutuhkan waktu lama, dan biasanya hanya dipimpin seorang sando.
Kedua adalah Balia Jinja. Tarian ini dilakukan dengan gerakan melingkar yang melibatkan banyak orang mulai dari sando, bale, si sakit, dan diikuti dengan pengunjung yang hadir.
Melakukan tarian jenis ini artinya harus siap mendedangkan dondulu secara bersama. Rata-rata mereka yang ikut tarian ini akan mengalami kesurupan.
Ketiga adalah Balia Tampilangi. Balia ini adalah kategori tingkatan tertinggi dengan kesakralannya. Tarian ini menggabungkan keseluruhan gerak dari Balia Bone dan Balia Jinja.
Upcara yang ketiga ini harus memenuhi syarat tahapan khusus, dan waktu pelaksanaannya bisa sampai 3-4 hari. Biasanya Balia Tampilangi diperuntukan bagi golongan bangsawan dengan memilih lokasi tertentu.
Pada semua tarian, jika ingin mengetes apakah objek yang ingin disembuhkan kerasukan jin atau tidak, maka bisa ditentukan oleh irama pukulan gimba (gendang), lalove (seruling) yang mengiringi jalannya upacara ini.
Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Kaili yang mendiami lembah Palu. Mereka tidak sembarangan dan asal diminta kemudian mau menari Balia. Butuh proses. Balia dilakukan ketika upaya medis tak kunjung berhasil mendatangkan kesembuhan.
Kembali pada prosesi ritual. Balia sekiranya punya 10 prosesi. Jadi bukan sekadar menginjak bara api saja. Ritual-ritual tersebut terdiri atas ritual pompoura atau tala bala'a, ritual adat enje da'a, ritual tampilangi ulujadi, pompoura vunja, ritual manuru viata, ritual adat jinja, balia topoledo, vunja ntana, ritual tampilangi, dan nora binangga.
Prosesi dimulai dengan persiapan berbagai bahan upacara mulai dari dupa, keranda, buah-buahan, hingga hewan kurban seperti ayam, kambing, atau kerbau. Semuanya tergantung kasta sang penyelenggara prosesi.
Nah, jika persiapan rampung, pawang yang harus dibawakan oleh laki-laki mulai menyebut jampi dan mantra pemanggil arwah. Mereka juga memberikan sejumlah sesajian berbeda pada tiap prosesi yang diletakkan dekat dupa.
Jadi orang sakit yang ingin disembuhkan, harus berada di sekitar penari Balia hingga acara puncak, penyembelihan hewan kurban yang diharap sebagai seserahan demi kesungguhan atas kesembuhan.
Untuk menjalani ritual ini, bisa memakan waktu tujuh hari tujuh malam, tergantung tingkat keparahan penyakit yang ingin diobati.