Sore itu, hari Kamis di bulan Juli, teman saya bernama Kahar, seorang pengajar musik mengajak saya untuk survei lokasi berdagang yang berada di Kecamatan Batam Kota. Usai melakukan survei, ia lalu mengajak saya untuk singgah di sebuah kedai kelapa bakar Kenzu yang berada di kawasan Batam Center.
Terlihat dari kejauhan, dua tenda biru didirikan di bahu jalan dan seorang pria paruh baya, Dedy, sedang sibuk meletakkan kelapa ke dalam tungku yang terbuat dari bekas drum oli berbahan logam. Posisi drum itu berdiri tegak di atas sebuah lubang kecil tempat menaruh kayu dan ranting: bahan bakar untuk memanggang kelapa.
Kami pun memarkir kendaraan roda empat di tepi jalan yang tak jauh dari kedai kelapa bakar milik Dedy. Ini adalah pertama kalinya saya mendengar, bahwa kelapa bakar memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Saya pun bertanya kepada Dedy ihwal khasiat dari kelapa bakar. Ia menjawab dengan senang hati, sembari menyiapkan sajian kelapa bakar untuk kami berempat.
Dedy berkisah tentang pengalamannya membuat kelapa bakar, mulai dari proses pembelajaran secara alami, hingga pengalaman orang-orang terdekat, terutama anaknya sendiri.
Suatu ketika, anak perempuannya menderita penyakit batuk akut yang sulit sembuh. Batuknya hilang timbul, padahal ia telah membawa anaknya berobat sebanyak tiga kali ke dokter yang berbeda-beda. Namun, penyakit anaknya tak kunjung sembuh.
Ia pun berinisiatif untuk mendatangi pengobatan alternatif sinshe atau tabib pengobatan tradisional Cina. Melalui pertemuannya dengan shinse itu, ia mendapat pengetahuan tentang khasiat buah kelapa yang membuatnya memutuskan untuk berjualan kelapa bakar di wilayah Kota Batam.
Ia cukup yakin bahwa buah kelapa memiliki banyak khasiat dan manfaat bagi kesehatan. Dari kelapa bakar yang ia jual itu, ada juga pelanggan yang sengaja datang dari negara tetangga, Singapura dan Malaysia.
Proses Pembuatan Kelapa Bakar
Dedy menjelaskan ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk membuat kelapa bakar. Pertama, memilih kelapa yang cocok, yakni kelapa yang tidak terlalu muda, tetapi juga tidak terlalu tua.
Lalu, sebanyak lima belas sampai dua puluh butir kelapa, dimasukkan ke dalam tungku pembakaran. Pemilihan buah kelapa, selain diperoleh dari pengalaman, pengetahuan itu juga diperoleh Dedy dari shinse yang mengobati anaknya.
Kelapa dibakar di dalam tungku, namun diberikan jarak dari bara api, sehingga yang mengenai buah kelapa hanya asap dari pembakaran. Bahan bakarnya terdiri dari kayu, ranting dan kulit kelapa yang dikupas.
“Teknik membakar kelapa sebenarnya bukan dibakar secara keseluruhan, sebab apabila dibakar secara keseluruhan, kelapa bisa pecah,” ujar Dedy. Teknik pengasapan inilah yang membuat kelapa bakar, disebut juga dengan kelapa panggang.
Banyak orang yang berjualan kelapa bakar, namun hanya sebagian saja yang mendalami tentang proses dan khasiatnya. Dedy kerap menyarankan kepada pelanggannya untuk meminum air dan memakan daging kelapa bakar tanpa dicampur bahan-bahan lain, kecuali serai, madu atau rempah-rempah.
Ia menjelaskan bahwa memanggang kelapa membutuhkan kesabaran, keuletan dan kejelian. Sebab, satu buah kelapa, membutuhkan waktu tiga sampai lima jam, atau bahkan lebih. "Tujuannya, untuk mendapatkan khasiat yang maksimal dari kelapa bakar. Jadi, tak hanya asal-asalan dalam memanggangnya", ujarnya.
Khasiat Kelapa Bakar untuk Kesehatan
Ia juga bercerita tentang begitu banyaknya pelanggan yang berkonsultasi mengenai penyakit yang diderita, seperti diabetes, stroke, batu ginjal, batu empedu dan lain sebagainya.
Biasanya, Dedy menyarankan untuk meminum dan memakan daging kelapa panggang, satu buah setiap harinya selama satu minggu.
Suatu ketika, seorang pelanggan yang menderita penyakit batu ginjal datang kepada Dedy sembari membawa hasil rontgen. Seminggu lagi, pelanggannya itu akan menjalani operasi batu ginjal. Dedy menyarankan untuk mengonsumsi kelapa bakar selama empat belas hari.
Setelah mengonsumsi kelapa bakar selama empat belas hari, pelanggannya itu kembali melakukan rontgen dan ternyata ia sudah pulih, ginjalnya sudah kembali normal.
Usai bercerita, ia menuju tungku tempat ia memanggang kelapa. Lalu membuka empat buah kelapa untuk disajikan kepada kami. Saya mulai bertanya pada tiga orang teman saya, bagaimana rasa dari kelapa bakar itu?. Kahar pun menjawab, seperti ada rasa jagung rebus, sementara Rudi mengatakan seperti ada aroma coklat.
Saya semakin dibuat penasaran, apakah sebenarnya tujuan Dedy membuka usaha kelapa bakar?. Ia pun menjawab, paling tidak, pengobatan dengan kelapa bakar ini alami, terjangkau dan tidak memiliki resiko overdosis.
Jika mengonsumsi kelapa muda setiap hari, peminumnya akan mengalami lemas, namun hanya sebentar saja. Setelahnya, badan akan terasa fit, apalagi dikonsumsi pada sore atau malam hari.
Ia bercerita lagi, suatu ketika, seorang pelanggan menderita penyakit batu ginjal. "Saya sarankan beliau untuk meminum air dan memakan daging kelapa bakar selama 90 hari berturut-turut atau lebih. Setelah itu, ia melakukan USG ke rumah sakit dan batu empedunya hilang".
Kelapa Bakar di dalam Sebuah Penelitian
Buah kelapa sarat akan vitamin dan mineral. Gizi yang terdapat pada dagingnya pun memiliki banyak manfaat, yakni 7 vitamin dan 6 mineral organik. "Kelapa itu bagusnya di panggang selama tiga jam", ucap Dedy yang ternyata senada dengan penelitian Universitas Brawijaya tentang kelapa panggang atau kelapa bakar.
Sebuah sumber mengatakan, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Dr. Ir Sudarminto Setyo Yuwono, M. Sc. menemukan bahwa Kelapa panggang atau bakar mampu menangkal beberapa jenis penyakit, mematikan berbagai virus, membunuh berbagai jenis bakteri dan jamur yang dapat menjadi sumber penyakit.
Selain itu, khasiat kelapa bakar juga mampu mengurangi resiko diabetes melitus, mencegah gangguan pencernaan (cystic fibrosis), membantu melindungi tubuh dari serangan osteoporosis, serta membantu mengobati penyakit saluran kandung kemih.
Di dalam penelitian itu, kelapa bakar juga dihubungkan dengan chorn’s diseases atau peradangan usus akut, ulcerative colistus dan bisul perut, serta dapat membantu melindungi tubuh dari serangan kanker payudara dan kanker kolon.
Kelapa bakar kerap dikonsumsi untuk menurunkan kadar kolestrol dalam darah, mencegah serangan penyakit jantung, stroke, atheroselerosis dan melindungi tubuh dari radikal bebas yang berbahaya bagi kesehatan.
Selain itu, kelapa bakar juga dapat digunakan untuk terapi benign prostatic gyperplasia (pembebasan kelenjar prostat), mencegah penyakit liver, mengurangi gejala psioriasis eksim dan dermatitis, serta dapat menjadi terapi kesuburan bagi pasangan suami-istri yang ingin cepat dikaruniai keturunan.
Kelapa dalam Tradisi Melayu Kepulauan Riau
Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Di antaranya ialah yang dikelola sebagai peternakan, perkebunan dan pertanian.
Salah satu yang cocok dengan iklim tropis Indonesia ialah perkebunan kelapa. Pada umumnya, kelapa tumbuh di wilayah pesisir, walaupun sebagian lagi tumbuh di wilayah pegunungan.
Kelapa menjadi hidangan yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Di Nusantara, kelapa sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Pada masa itu, kemungkinan besar kelapa sudah dijadikan bahan pangan dan digunakan dalam pengobatan tradisional oleh etnis Melayu.
“Pada etnis Melayu Kepulauan Riau misalnya, kelapa diyakini dapat mengobati penyakit campak atau cacar. Pengobatan ini dipimpin oleh seorang bomoh, tabib atau orang-yang dipercaya memiliki kemampuan mengobati orang-orang yang sakit,” ujar Zen, Budayawan Batam yang saya temui dalam sebuah sesi wawancara.
“Selain itu, etnis Melayu juga menggunakan kelapa pada pelaksanaan upacara adat nio dulang-dulang atau upacara berendam bagi calon pengantin perempuan, maupun pengantin laki-laki”, lanjutnya lagi.
Jejak historis kelapa juga terdapat di beberapa wilayah nusantara. Pada penemuan cangkang atau batok kelapa berkaitan erat kehidupan masyarakat Melayu Pesisir pada awal abad 18. Saat itu, banyak pelaut, pedagang dari berbagai bangsa melakukan aktivitas perekonomian perkembangan kehidupan multietnis di pesisir pantai Timur Sumatera (Koestoro dkk: 2008).
Pada abad ke-19, kelapa mulai diperdagangkan oleh Asia ke Eropa, demikian pula Nusantara ke Belanda oleh pihak VOC. Minyak kelapa dan kopra ini terus meningkat sebagai komoditas ekspor. Pada tahun 1880 kopra yang dihasilkan dari Minahasa sudah diekspor ke Eropa. Kelak, pada tahun 1886 Belanda mulai membuka perkebunan kelapa dinusantara (Soedijanto dan Sianipar: 1991).
Jika ditelisik kembali, kelapa yang sudah digunakan untuk pengobatan sejak zaman dahulu dan masih bertahan hingga saat ini—seperti halnya Dedy yang berusaha mengeksplorasi kelapa sebagai pengobatan untuk berbagai macam penyakit—menunjukkan bahwa manfaat buah kelapa telah dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
Meskipun tujuan Dedy berjualan kelapa bakar ialah untuk mendapatkan penghasilan, namun ia juga berharap dapat membantu menyembuhkan penyakit-penyakit yang diderita oleh pelanggan-pelanggannya.
Penyunting: Nadya Gadzali