Etnis.id - Desember menjadi bulan saat pernikahan banyak orang . Kadang, ada lebih dari dua undangan yang harus dihadiri dalam satu waktu tertentu. Itu pengalaman saya pribadi.

di Jawa, sebelum menikah, biasanya para mempelai dan keluarganya memilih hari baik menurut perhitungan sesepuh. Tidak mengherankan, jika banyak insan yang mulai berstatus halal di hari yang sama.

Di Kota Wonogiri yang dikenal dengan sebutan Kota Gaplek, ada tradisi unik dalam memberikan buah tangan sebagai tamu undangan dalam suatu resepsi pernikahan. Buah tangan tersebut diberikan ketika tamu undangan telah selesai njagong dan akan kembali pulang ke kediaman masing-masing.

Njagong adalah sebutan familiar ketika akan menghadiri undangan pernikahan. Buah tangan yang didapat ketika selesai njagong dikenal dengan nama berkat. Berkat biasanya terdiri dari nasi dan lauk yang dibungkus daun pohon jati.

Daun pohon jati biasanya didapat di lingkungan rumah warga yang akan melangsungkan hajatan pernikahan. Umumnya, proses pencarian daun pohon jati dilaksanakan dengan gotong royong, bahu-membahu antarmasyarakat. Jika di daerah rumah tidak dijumpai banyak daun jati, maka biasanya mencari di desa lain atau membeli daun jati di pasar tradisional.

Soal isian berkat, adalah nasi yang berjumlah 2 giling. Disebut nasi giling, karena proses penyajiannya digiling membentuk setengah bola, tujuannya agar mempermudah proses pengemasan menggunakan daun pohon jati. Uniknya, nasi harus digiling dalam keadaan hangat agar tekstur nasi tetap padat dan tidak ambyar.

Ciri khas dari nasi giling adalah, di bagian luar nasi giling yang dibungkus dengan daun pohon jati, akan berwarna kemerahan. Warna merah itu dihasilkan dari pigmen antosianin daun pohon jati itu sendiri.

Isi berkat yang kedua adalah lauk. Bisa bervariasi. Akan tetapi, lauk yang banyak dijumpai ketika mendapat berkat di Kota Gaplek terdiri dari oseng-oseng buncis (tumis buncis dengan cabai hijau ), serundeng kelapa dicampur dengan kacang, irisan daging sapi yang dimasak dengan semur kecap dan bihun goreng.

Semua lauk ini dibungkus menjadi satu menggunkan daun pohon jati. Bungkusan lauk ini berbentuk tempelang, tetapi menggunakan lidi yang disematkan, agar lauk tidak tumpah. Makanan yang dibungkus daun pohon jati juga dapat menambah selera makan.

Selain itu, sesepuh zaman dahulu sangat pandai dalam pemilihan jenis daun sesuai dengan konteks penggunaannya. Usut punya usut, daun pohon jati memiliki manfaat sebagai anti jamur dan dapat melawan bakteri penyebab penyakit.

Menurut penelitian yang telah dilakukan Astiti dan Suprapta (2012), daun pohon jati berkhasiat untuk mencegah pertumbuhan jamur A. Phaeospermum. Peneliti lain juga menemukan, daun pohon jati memiliki karakteristik untuk melawan Listeria Monocytogenes yang banyak terdapat pada makanan dan merupakan bakteri penyebab listeriosis. Daun pohon jati juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Sthapylococcus Aureus dan bakteri penyebab infeksi lain.

Berkat yang dibungkus daun jati merupakan salah satu tradisi yang harus dijaga kelestariannya, karena semua itu salah satu bukti kecerdikan dari sesepuh terdahulu kita. Berkat juga bisa dimaknai dengan adanya rasa syukur terhadap Sang Pencipta mengenai apa yang sedang dilalui dan sebagai wujud untuk berbagi, tidak hanya orang njagong yang dapat merasakan kenikmatan makanan, tetapi keluarga di rumah juga bisa merasakan lezatnya masakan di acara tersebut.

Pada daun jati pula, bisa dilihat, pemanfaatan alam dalam kehidupan setiap insan sudah terkenal sejak zaman dahulu. Leluhur enggan memanfaatkan banyak plastik dan barang yang dapat mencemari lingkungan. Semua bungkus makanan, sebisa mungkin dari alam dan akan kembali ke alam. Intinya, sejak dahulu, kita sebenarnya sudah dilatih hidup sederhana dengan memanfaatkan alam dan tidak merusaknya.

Daun pohon jati yang sudah digunakan juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Jika daun pohon jati dibuang sembarangan, juga tidak akan mencemari lingkungan. Malah daun pohon jati akan memberikan nutrisi kepada tanah.

Sekarang, ada baiknya mulailah membungkus makanan dengan bungkus yang dapat didaur ulang. Kita bisa belajar dari bungkus berkat, tidak harus mahal malah banyak terdapat di sekitar.

Bungkus berkat dapat dimaknai sebagai penemuan yang sangat berguna bagi kehidupan khalayak ramai. Berkat daun pohon jati, kita bisa mendapat nikmat dalam sebuah suapan makanan sekaligus bisa menjaga bumi pula.

Editor: Almaliki